Aceh yang memiliki
gelar seuramoe meukah kini harus mulai berbenah. Bagaimana tidak, gelar yang
disandangnya, sekarang sudah mulai memudar dan sudah mulai tidak sesuai dengan
keadaan yang berlaku dimasyarakat. Tentunya ada faktor-faktor yang dilakukan
oleh barat untuk memudarkan keislaman di aceh ini, baik itu dari segi
pendangkalan akidah, fashion, budaya yang semestinya tidak diikuti oleh bangsa
Aceh sendiri.
Allah
berfirman dalam Al-qur’an:
Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipudaya
yang jahat dengan sebenar-benarnya (AT-Tariq:15)
Melalui pendangkalan
akidah. Baru-baru ini aceh dikagetkan oleh seorang kristiani yang sekarang
sudah memeluk islam membeberkan rencana mereka untuk mengkristenkan bangsa
aceh, mereka memiliki dana yang cukup besar dan tidak takut untuk
menghamburkan-hamburkannya demi tercapainya cita-cita mereka yaitu
mengkristenkan umat. Naudzubillah, alhasil beberapa rakyat aceh tergoda dan
menjual agamanya demi dunia yang hanya sesaat. Aceh yang dulunya 100% memeluk
agama islam, saat ini harus mengakui bahwa rakyat aceh tidak lagi 100% memeluk
agama islam.
Melalui
Fashion, Fashion merupakan gaya berpakaian “Barangsiapa
menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka". (HR. Abu Dawud,
Al-Libas, 3512. Al-Albany berkata dalam Shahih Abu Dawud, Hasan Shahih no. 3401)
Dikatakan jelas bahwa apabila kita meniru cara
berpakaian salah satu kaum, maka kita termasuk kedalam kaum tersebut. Hal ini
tampak dari fashion rakyat aceh yang beberapa diantaranya mengumbar-ngumbarkan
rambutnya, membungkus auratnya bagi wanita. Pria menggunakan celana ponggol
yang memamerkan lututnya (auratnya), Padahal jelas dalam islam aurat wanita
adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangannya dan aurat pria adalah
dari pusar hingga lututnya. pria menggunakan dan berdandan menggunakan pakaian
wanita dan sebaliknya, Naudzubillah.
Melalui budaya, Perlu
diketahui budaya aceh saat ini yang berbasis agama sudah mulai memudar,
contonya DIKE dan DALAE. Budaya aceh ini adalah salah satu budaya tradisional yang
biasanya diadakan ketika perayaan maulid nabi. Baik dike maupun dalae
merupakan media untuk mendakwahkan islam. Intisari dari dike dan dalae ini adalah
memuji allah serta memuliakan rasulullah. Budaya tersebut telah tergantikan
dengan musik-musik budaya barat.
Adapun media dalam
melaksanakan aksi jahat mereka adalah televisi, media komunikasi, sosial dan
lain sebagainya. Sebagai contoh, saat ini kita mengikuti fashion yang
ditampilkan di televisi dengan alasan lagi tren, gaul, keren dll. Apabila kita
tidak mengikutinya maka akan terdengar suara cemoohan orang yang mengatakan
kolot, ketinggalan zaman, dan apabila seorang wanita menggunakan jilbab yang
besar akan disebut dengan sebutan jilbaber. Yang benar kini menjadi salah yang
salah menjadi benar.
Solusi untuk mengatasi
permasalahan ini adalah saya mengutip kata-kata dari ustdz Rizki yang
mengatakan: “Kalau seandainya atap rumah kamu bocor, jangan hanya mengelap air
yang menetes kebawah saja, namun perbaikilah atap yang bocor tersebut”.
Semoga bermanfaat
Amin ya rabbal ‘alamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar