WELCOME

Maju terus Indonesia, Aceh khususnya.,,.,

Rabu, 21 Agustus 2013

soni mulkami




Oleh
Soni Mulkami
1006104020062





 








DEPRTEMEN PENDIDIKAN & KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH

2013



LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Skripsi ”Kontribusi Tinggi Badan dan Pwer Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Tinggi pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Baitussalam Tahun Ajaran 2013/2014”. Oleh: Soni Mulkami, Nim:1006104020062, Telah di seminarkan pada .........., dan disetujui untuk mendapatkan bimbingan lanjutan serta melaksanakan penelitian.

Menyetujui
Pembimbing I,


Drs. Abdurrahman, M. Kes
Nip.196803051993031005




Darussalam, 1 Agustus 2013
Ketua Program Studi

Drs. Abdurrahman, M. Kes
Nip.196803051993031005

1.        Judul : Kontribusi Tinggi Badan Dan Power Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Lompat Tinggi Pada Siswa Kelas VIII SMP 1 Baitussalam Tahun Ajaran 2013/2014.


2.      Latar Belakang Masalah

Perkembangan olahraga dewasa ini, dipercaya sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia secara sempurna. Peningkatan kualitas hidup tersebut menjadi hal penting yang dapat memperkokoh suatu pembangunan bangsa. Dengan adanya kesadaran warga Negara Indonesia dalam penyempurnaan olahraga akan membantu perkembangan olahraga secara menyeluruh. Kesadaran yang besar dapat dilihat pada partisipasi masyarakat terhadap olahraga, minat masyarakat untuk ikut serta dan memberi dukungan yang besar terhadap pelaksanaan olahraga. Hal tersebut bertujuan untuk kualitas hidup manusia yang berujung pada harkat dan martabat kemanusiaan itu sendiri. Dikenalnya olahraga sebagai aktivitas fisik yang bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan, menjadikan bangsa Indonesia menuju peradaban yang lebih baik disegala bidang. Manfaat berolahraga sebenarnya sudah semakin disadari oleh sebagian masyarakat. Terbukti dengan semakin banyaknya masyarakat yang melakukan kegiatan olahraga, baik sendiri-sendiri maupun berkelompok dan di tempat terbuka maupun di ruang tertutup. Sesuai Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 4 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, berbunyi : “Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportifitas, displin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat martabat, dan kehormatan bangsa”.
Uraian diatas menjelaskan bahwa olahraga dapat dikembangkan untuk membangun kualitas negeri yang menguntungkan di segala bidang. Bukan hanya untuk menghasilkan predikat terbaik dalam partisipasi masyarakat untuk menghasilkan prestasi, tetapi dapat di kembangkan secara luas bahwa olahraga bisa beradaptasi di semua bidang. Biasanya masyarakat ikut berpartisipasi dalam kemajuan olahraga dan mengikuti kegiatan olahraga karena dorongan dari diri sendiri yang dapat menumbuhkan kemauan dan minat untuk ikut serta dalam kegiatan olahraga. Keikut sertaan yang dilakukan masyarakat bukan semata-semat untuk menyemarakan saja, melainkan boleh ikut serta menjadi pelaku olahraga dan memilih serta mendapat bimbingan dari cabang olahraga yang di sukai. Banyak cabang pembinaan yang terdapat dalam olahraga yang bisa menjadi pilihan sesuai bakat dan minat terhadap cabang olahraga tersebut, salah satu cabang olahrga yang banyak di minati olah kalangan masyarakat dalam kegiatan olahraga adalah cabang atletik.
Cabang atletik adalah cabang olahraga yang berperan sebagai gerak dasar dan biasa dikenal sebagai induk dari cabang olahraga lain. Atletik mengandung semua unsur-unsur aktif yang dapat dijumpai pada cabang olahraga lain. Unsur-unsur aktif tersebut mencakup jalan, lari, lompat dan lempar yang telah di kenal sejak masa nenek moyang terdahulu. Dari sejak dulu semua aktifitas yang dilakukan olah manusia tidak luput dari gerak dasar dalam atletik, karena manusia pada saat itu melakukan gerak dengan berjalan, lari, lompat dan lempar untuk mempertahankan hidup. Kebiasaan itulah yang membuat perkembangan manusia menjadi lebih baik. Menurut Suherman, A. dkk. (2001:3) yakni :
“Sejarah dunia mencatat bahwa atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang memiliki nilai-nilai yang unik, telah dan melahirkan manusia yang untuk bertahan hidup hingga menjadi manusia yang kaya raya. Atletik yang hanya terdiri jalan, lari, lompat dan lempar boleh dikatakan cabang olahraga tertua sama tuanya dengan usia manusia pertama di dunia. Hal ini sangat dipahami karena manusia saat itu harus berjalan, lari, lompat dan lempar untuk mempertahankan hidupnya.

Mempertahankan hidup yang dilakukan oleh nenek moyang terdahulu, menjadi suatu contoh untuk membangun bangsa menuju era teknologi modern. Oleh sebab itu, atletik sekarang sudah dikenal sebagai primadona masyarakat untuk berolahraga. Pembangunan cabang atletik terus dikembangkan sehingga semakin pesat dan menjadikan daya pikat tersendiri bagi masyarakat untuk berantusias terhadap hal positif di dalam semua unsur gerak atletik. Pada masa terdahulu, berjalan, lari, lompat dan lempar masih sangat sederhana bahkan fasilitas dan alat-alat yang di pergunakanpun masih sederhana. Keadaan ini lah yang membuat pemikiran manusia di masa modern untuk meningkatkan hal tersebut dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi. Berjalan, lari, lompat dan lempar sudah berkembang menjadi nomor-nomor bergengsi di dalam atletik modern. Nomor-nomor tersebut memiliki bagian terkecil yang tergolong di setiap komponen untuk di jadikan nomor-nomor dalam perlombaan yang spektakuler. Hal ini yang mendorong masyarakat untuk menyalurkan bakat atau minat terhadap kegiatan olahraga dan ikut membina salah satu nomor di dalam atletik. Nomor-nomor atletik lari mempunyai bagian seperti : lari sprint, estafet dan gawang. Sedangkan lompat seperti : lompat tinggi, lompat jauh, lompat jangkit dan lompat galah. Dan yang terakhir lempar seperti : lempar lembing, tolak peluru, lempar cakram, dan lontar martil. Inilah yang berkembang menjadi nomo-nomor pilihan dari cabang atletik yang dapat menghasilkan prestasi.
Lompat tinggi merupakan salah satu nomor yang terdapat di dalam olahraga atletik nomor lompat. Sesuai namanya lompat tinggi bertujuan untuk melompat setinggi mungkin agar dapat melewati mistar secara sempurna. Ada beberapa bentuk gaya pada lompat tinggi, yaitu: gaya guting, (eastern cut off), gaya guling (western), gaya putar (straddle) dan gaya terlentang (flop), tetapi hanya dua gaya yang sama efisiennya dan sering digunakan yaitu gaya straddle dan flop Ketinggian mistar dimulai dengan ketinggian minimum sampai ketinggian maksimum yang harus di lakukan oleh atlet lompat tinggi di perlombaan. Pada saat melakukan lompatan maka pelompat harus menggunakan tumpuan dengan satu kaki yang di anggap kuat. Diberikan tiga kali kesempatan lompatan pada setiap pelompat dan lompatan dianggap gagal apabila pelompat tidak bisa melewati mistar tiga kali berturut-turut serta pelompat dinyatakan diskualivikasi dalam perlombaan. Kegagalan pelompat itu apabila pelompat menyentuh mistar sehingga mistar terjatuh, bertumpuan dengan dua kaki dan melewati dasar tumpuan dengan salah satu bagian tubuh tanpa berhasil melewati mistar. Menurut Jasver, J (1986:68) mengemukakan bahwa “tujuan melompat adalah untuk meningkatkan komponen vertical sampai tingkat maksimum dan gerak yang umum dilakukan adalah straddle (gerak seperti mengangkang) atau flop (terjun jatuh bebas)”. Lebih lanjut Jasver, J (1986:26) mengemukakan bahwa “pada nomor lompat tinggi pengukuran tinggi mistar harus diukur mulai dari dasar sampai ke bagian terendah dari sisi atas mistar tersebut”.
Pemahaman terhadap lompat tinggi yang tidak luput dari ketinggian mistar yang harus diperoleh pelompat tidak jauh dari aturan-aturan pertandingan yang sesuai ciri khas dalam lompat tinggi. Lompat tinggi tidak dilakukan secara sembarangan tetapi membutuhkan cara agar bisa menguntungkan pelompat sehingga dapat dijadikan acuan keberhasilan pelompat itu sendiri. Cara tersebut berupa beberapa komponen harus dikembangkan sebaik mungkin agar dapat menjadi dukungan dalam perlombaan yang membutuhkan kerja keras altet dan harus dibina serta dilatih kemampuan atlet tersebut supaya bisa berprestasi.
      Komponen keberhasilkan lompatan yang baik diperlukan kondisi fisik yang stabil diantaranya daya tahan, kekuatan, power (daya ledak), keseimbangan, kecepatan, flexibility, ketepatan, kelincahan dan koordinasi menjadi patokan suatu keberhasilan. Pada lompat tinggi keberhasilan tersebut mengarah pada kemampuan atlet dalam pencapaian kualitas otot yang sangat berperan penting di dalam suatu cabang olahraga, karena aktivitas olahraga lebih dominan menggunakan otot-otot tubuh. Komponen tersebut harus menjadi perhatian khusus dalam pencapaian prestasi. Menurut Seaton (1960:51) bahwa: “Komponen yang diperlukan kesegaran jasmani, keterampilan, pengetahuan, social dan keindahan. Kesegaran jasmani sendiri menyangkut pada kesegaran fisik yang meliputi proporsi tubuh, hubungan antara tulang, lemak otot, tinggi, berat dan lain-lain. Kesegaran motor berhubungan dengan kekuatan, tenaga, kelincahan, daya tahan, keseimbangan dan kelentukan”.
Semua komponen yang mendukung keberhasilan cabang olahraga khususnya atletik nomor lompat tinggi saling mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, bertujuan untuk perkembangan prestasi. Komponen tersebut harus benar-benar dilatih dan mendapat pembinaan khusus dari pelaku, pelatih dan anggota yang berperan dalam olahraga. Teknik juga merupakan komponen keberhasilan pada cabang olahraga yang perlu dilatih. Khususnya atletik nomor lompat tinggi teknik yang berupa awalan, tumpuan dan melayang di udara juga suatu patokan yang harus dikembangkan, karena lompat tinggi memerlukan teknik-teknik tersebut untuk memperkuat kemampuan.
Faktor penentu keberhasilan secara khusus pada nomor lompat tinggi ada pada kondisi fisik yang maksimal, agar menjadi buah usaha yang dilakukan bersama serta kerja keras atlet dalam perlombaan. Postur tubuh yaitu tinggi badan merupakan faktor penting yang perlu dikembangkan dan power otot tungkai juga menjadi salah satu faktor yang diperlukan pada lompat tinggi. Tinggi badan merupakan faktor keberhasilan yang bisa menguntungkan pelompat, dikarenakan dengan semakin tinggi badan seorang pelompat bisa mempermudah lompatan sehingga memperkecil pengeluaran tenaga yang berlebihan dan power otot tungkai sebagai tumpuan atau tolakan pun diuntungkan karena tidak melakukan upaya yang melelahkan. Sedangkan power otot tungkai merupakan perpaduan antara kekuatan dan kecepatan daya otot untuk melakukan gerak dalam waktu relatif cepat. Menurut para ahli khususnya mengenai faktor daya ledak otot merupakan faktor yang sangat penting dalam cabang olahraga yang sering menggunakan tungkai sebagai indikator dalam peningkatan kemampuan agar tercapai sasaran yang diinginkan. Sajoto (1988:17) menyatakan bahwa “kekuatan dan kecepatan merupakan satu kesatuan yang dinamakan power yang merupakan ketepatan otot untuk mengerahkan atau mengeluarkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat”.
Hal diatas menjelaskan bahwa suatu aktivitas yang menggunakan daya ledak di butuhkan latihan yang sesuai dengan bentuk cabang olahraga maupun nomor yang terdapat didalam olahraga. Tidak di pungkiri bahwa lompat tinggi merupakan nomor lompat dalam olahraga yang menggunakan tinggi badan sebagai acuan dan daya ledak otot tungkai untuk hasil pencapaian lompatan secara maksimal. Maka seorang atlet sebaiknya diberi binaan dalam latihan yang benar sesuai dengan kebutuhan yang dapat menunjang prestasi yang cemerlang dan bisa di banggakan serta menunjukan prestasi optimal terbaik yang membantu pembangunan Indonesia maju, bugar dengan olahraga.
Sekolah memiliki banyak siswa yang bisa dilatih dan dibina agar menghasilkan calon atlet berprestasi. Itulah menjadi sebab mudahnya pencarian bibit unggul penerus bangsa yang dapat mengharumkan nama bangsa di bidang olahraga. Bagi siswa kelas II SMP Negeri 1 Baitussalam, khususnya nomor lompat tinggi merupakan bagian dari mata pelajaran penjasorkes yang diajarkan. Dengan demikian nomor lompat tinggi sangat penting dipelajari untuk pendidikan jasmani dan kesehatan.
Berdasarkan uaraian dan permasalahan di atas, penulis berkeinginan mengadakan penelitian yang berjudul : “Kontribusi Tinggi Badan dan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Tinggi pada Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Baitussalam Tahun Ajaran 2013/2014”

3.      Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang merupakan pokok masalah dalam penelitian ini adalah :
3.1  Apakah terdapat hubungan tinggi badan terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam?
3.2  Apakah terdapat hubungan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam?
3.3  Apakah terdapat hubungan tinggi badan dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam?

4.      Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
4.1  Hubungan tinggi badan terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas2 SMP Negeri 1 Baitussalam
4.2  Hubungan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas2 SMP Negeri 1 Baitussalam
4.3  Hubungan tinggi badan dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam

5.      Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yang dilihat dari permasalahan di atas adalah :
5.1  Pentingnya mengingat pembinaan dan pembangunan olahraga melalui jalur sekolah yang dilakukan sejak dini, karena sekolah merupakan gudang atlet yang berpotensi.
5.2  Dapat dijadikan masukan bagi pelatih dalam memilih atau membina atlet lompat tinggi
5.3  Dapat dijadikan masukan bagi guru penjasorkes dalam mencari bibit-bibit atlet potensial diruang lingkup sekolah
5.4  Bagi peneliti bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya pada cabang atletik nomor lompat tinggi dan juga
5.5  Dapat dijadikan bahas bacaan bagi mahasiswa dan semua pihak untuk meningkatkan prestasi lompat tinggi dimasa yang akan datang

6.      Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
6.1  Terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam.
6.2  Terdapat hubungan yang signifikan antara power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam
6.3  Terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam

7.      Definisi Operasional

Agar tidak terjadi penafsiran yang salah serta menghindari penyimpangan yang mungkin terjadi pada permasalahan yang digunakan, maka penulis memberikan penegasan istilah yang meliputi :
7.1  Power (daya ledak) adalah gabungan kekuatan dan kecepatan yang merupakan salah satu aspek kondisi fisik yang sangat penting dalam pencapaian prestasi yang optimal. Menurut mutohir, T. C dan Maksum, A (2007:55) power (daya ledak) adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan cepat dengan mengerahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat.
7.2  Kemampuan lompat tinggi adalah melakukan lompatan setinggi mungkin agar bisa melewati mistar tanpa ada kegagalan untuk ketinggian selanjutnya. Maka dari itu kemampuan lompatan menjadi tolak ukur yang sangat penting dalam menentukan hasil prestasi seorang atlet.

8.      Landasan Teoritis

8.1 Pengertian Lompat Tinggi

Lompat tinggi merupakan suatu keterampilan untuk melewati mistar yang berada diantara dua tiang. Lompat tinggi salah satu dari olahraga atletik nomor lompat, sesuai dengan namanya lompat tinggi mempunyai tujuan untuk melompat setinggi mungkin memproyeksikan gaya berat badan di udara dengan kecepatan gerak ke depan secara maksimal. Ketinggian lompatan tergantung pada kemampuan pelompat dari gerakan awalan yaitu lari menjadi gerakan bersudut saat melakukan tumpuan dengan merubah gerakan ke depan menjadi gerakan ke atas. Menurut Suherman, A. dkk (2001:42) “lompat tinggi merupakan satu jenis keterampilan untuk melewati mistar yang diantara kedua tiang”.
Jasver, J (1986:68) mengemukakan bahwa “tujuan melompat adalah untuk meningkatkan komponen vertical sampai tingkat maksimum dan gerak yang umum dilakukan adalah straddle (gerak seperti mengangkang) atau flop (terjun jatuh bebas)”. Lebih lanjut Jasver, J (1986:26) mengemukakan bahwa “pada nomor lompat tinggi pengukuran tinggi mistar diukur dari dasar sampai ke bagian terendah dari sisi mistar tersebut”.
Penjelasan diatas merupakan pemahaman terhadap lompat tinggi yang tidak luput dari ketinggian mistar yang harus diperoleh pelompat. Sehingga penjelasan lompat tinggi dapat menunjukkan arah bahwa seorang pelompat tinggi akan berhadapan dengan ketinggian yang membutuhkan kekuatan ataupun kemampuan dari dirinya sendiri. Maka dari itu pelompat harus memperkuat kemampuan yang dapat membantu kemampuan lompatan tersebut dengan latihan yang baik dan aturan latihan yang benar.

8.2 Pengertian Power Otot Tungkai

Power otot tungkai merupakan gabungan antara kekuatan dan kecepatan daya ledak otot untuk melakukan gerak dalam jangka waktu relative cepat. Daya ledak otot sangat penting dalam cabang yang sering mempergunakan tungkai sebagai patokan dalam peningkatan kemampuan agar tercapai tujuan yang diinginkan. Kekuatan dan kecepatan merupakan faktor dari power yang merupakan ketepatan otot untuk mengerahkan dan mengeluarkan kekuatan maksimal dalam waktu singkat. Sajoto (1995:11) menyatakan “daya otot (muscular power) merupakan kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya”.
Hal ini menjelaskan bahwa suatu aktivitas yang menggunakan daya ledak dibutuhkan latihan yang sesuai dengan bentuk cabang olahraga maupun nomor yang terdapat didalam olahraga. Keberhasilan power otot tungkai yang merupakan komponene penting dalam lompat tinggi menjadi suatu perhatian yang dapat membantu peningkatan kemampuan lompatan secara sempurna.

8.3 Sejarah atletik

Atletik merupakan salah satu cabang dari olahraga yang paling dasar. Atletik mempunyai gerak dasar dan biasa dikenal sebagai induk dari cabang olahraga lain. Istilah atletik dari bahasa Yunani, yaitu “Athlon” yang mempunyai makna bertanding dan berlomba. Istilah atletik yang digunakan di Indonesia pada saat ini diambil dari bahasa inggris yaitu Athletic yang merupakan cabang olahraga yang meliputi jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik sudah sejak masa nenek moyang terdahulu. Bentuk kegiatan yang ada dalam atletik sangatlah beragam, sehingga atletik bisa dijadikan salah satu alat pembinaan bagi cabang olahraga lain. Menurut Suherman, A. dkk (2001:3) yakni :
“Sejarah dunia mencatat bahwa atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang memiliki nilai-nilai yang unik, telah dan melahirkan manusia yang untuk bertahan hidup hingga menjadi manusia yang kaya raya. Atletik yang hanya terdiri jalan, lari, lompat dan lempar boleh dikatakan cabang olahraga tertua sama tuanya dengan usia manusia pertama di dunia. Hal ini sangat dipahami karena manusia saat itu harus berjalan, lari, lompat dan lempar untuk mempertahankan hidupnya.
Mempertahankan hidup yang dilakukan oleh nenek moyang terdahulu, menjadi suatu contoh untuk mebangun bangsa menuju era teknologi modern. Atletik kaya akan sejarah yang membentuk karakter manusia sehingga dapat bertahan hingga sekarang. Perjalanan atletik memiliki makna tersendiri di dunia dan mempunyai perjalanan terpanjang di dunia, sehingga dapat dijadikan manfaat tersendiri bagi sumber daya manusia (SDM).

8.4 Teknik-Teknik Dasar Cabang Olahraga Atletik Nomor Lompat Tinggi


8.4.1 Awalan
Melakukan awalan pada lompat tinggi bertujuan untuk membangkitkan daya gerak, dari gerak mendarat/horizontal kea rah vertical. Dalam melakukan lompat tinggi, yang harus diperhatikan oleh si pelompat adalah tiga langkah terakhir yaitu langkah harus panjang dan cepat, sedangkan badan agak condong ke belakang. Ada beberapa karakteristik untuk mempermudah pengambilan awalan pada lompat tinggi.
8.4.2 Tolakan atau Tumpuan
Tolakan adalah perpindahan gerak dari kecepatan horizontal kea rah vertical yang harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Pada waktu akan melakukan tumpuan, si pelompat pada tiga dan lima langkah terakhir harus sudah mempersiapkan kakinya untuk melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya, sehingga dapat mengangkat tubuhnya melayang ke atas. Tolakan dimulai dari tumit, terus ke telapak kaki, dan terakhir pada ujung jari kaki yang dilakukan secara cepat dan tepat. Pada saat titik berat badan berada pada kaki tolakan, secepat mungkin pergelangan kaki belakang (kaki ayunan). Kaki ayun dengan lutut agak dibengkokan, bersiap-siap untuk berayun kedepan, ke atas di teruskan ke belakang atas untuk membawa persendian bahu ke atas, hingga seluruh tubuh akan terangkat melayang untuk melewati mistar.
8.4.3 Sikap Badan di atas Mistar (Sikap Melayang)
Sikap badan di atas mistar berhubungan dengan sudut awalan pada waktu akan melakukan lompatan/tolakan. Jadi sikap badan di atas mistar dibentuk mulai dari saat lepasnya kaki tolakan sampai melayang di atas mistar. Dengan demikian gaya dalam lompat tinggi bisa dibedakan gayanya ketika si pelompat berada di atas mistar.

8.5 Peranan Tinggi Badan dan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Tinggi


Peranan tinggi badan terhadap lompat tinggi merupakan faktor penunjang biologis yang dapat membantu keberhasilan suatu cabang atletik nomor lompat. Semakin tinggi badan pelompat, semakin mudah jangkauan mistar yang di capai. Sehingga tidak mempersulit si pelompat untuk melakukan kemampuan lompatannya tersebut. Sajoto (1995:3) menyatakan “aspek biologis terdiri dari struktur dan postur tubuh, lebar dan berat tubuh dan bentuk tubuh: endomorphy, mesomorphy dan ectomorphy.
Peranan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi merupakan salah satu unsure penting yang harus di latih sebaik mungkin, lompat tinggi identik dengan menggunakan tungkai. Oleh sebab itu peranan power otot tungkai di perlukan di dalam lompat tinggi pada saat melakukan awalan serta tumpuan yang kuat oleh tungkai menjadi faktor keberhasilan dalam lompat tinggi untuk melewati mistar.
Peranan tinggi badan dan power otot tungkai merupakan kelompok penting yang saling terkait dan saling membantu. Pada waktu awalan dan tumpuan tinggi badan dan power otot tungkai bekerja sama untuk pencapaian hasil lompatan yang maksimal. Tumpuan yang kuat menjadi faktor penentu lompatan melewati mistar.

9.       Metode penelitian


9.1 Jenis Penelitian


             Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Jenis penelitian deskriptif merupakan suatu jenis penelitian terhadap fakta-fakta yang ada saat sekarang dan melaporkannya seperti apa yang akan terjadi. Pada umumnya, tipe penelitian deskriptif berkaitan dengan opini atau pendapat umum, peristiwa prosedur atau proses (Pohan, R. 2007:6).

9.2 Rancangan Penelitian (Desain Penelitian)


             Rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam rancangan penelitian yang dimulai dengan mengadakan observasi pada populasi serta evaluasi dari populasi hingga terbentuk sampel. Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memiliki pengukuran variable, prosedur dan teknik sampling, instrument, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian. Rancangan penelitian dibuat agar mempermudah pelaksanaan pengukuran yang dilaksanakan.


9.3 Populasi dan Sampel Penelitian


9.3.1 Populasi
             Populasi adalah seluruh individu yang ditetapkan manjadi sumber data. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan siswa kelas 2 pada SMP Negeri 1 Baitussalam. Peneliti mengambil sebagian dari populasi sebagai sampel karena populasi berjumlah besar, sehingga peneliti menetapkan 25% dari populasi menjadi sampel kecil yang berjumlah kurang dari 30 orang. Menurut Arikunto, S. (2002:112) “jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.
Tabel 1, Keadaan populasi siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam.
No
Kelas
Jenis kelamin
Jumlah
Ket
(25%)
Pa (org)
Pi (org)
1.       
X1
22
10
32
8
2.       
X2
25
15
40
10
3.       
X3
28
14
42
11

Jumlah
75
39
114
29


9.3.2 Sampel
             Sampel merupakan subjek dari pada populasi atau bagian terkecil dari populasi. Sampel adalah sejumlah individu yang di ambil dari kelompok populasi (sebagian dari populasi), Pohan,R (2007:48). Pada penelitian ini pengambilan sampel secara Random Sampling. Random sampling adalah pengambilan sampel secara acak.
Tabel 2, Keadaan sampel siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam.
NO
NAMA
NIS
KELAS
JENIS KELAMIN
1
An
001
X1
L
2
Bs
002
X1
L
3
Ca
003
X1
P
4
Do
004
X1
P
5
E
005
X1
L
6
F
006
X1
L
7
G
007
X1
P
8
H
008
X1
L
9
I
009
X2
L
10
J
010
X2
L
11
K
011
X2
P
12
L
012
X2
P
13
M
013
X2
P
14
Ni
014
X2
L
15
Om
015
X2
L
16
Pu
016
X2
L
17
Q
017
X2
P
18
R
018
X2
P
19
S
019
X3
L
20
Ti
020
X3
L
21
Ut
021
X3
P
22
V
022
X3
L
23
W
023
X3
L
24
X
024
X3
P
25
Y
025
X3
L
26
Z
026
X3
P
27
Aab
027
X3
L
28
Abc
028
X3
P
29
Acd
029
X3
P













9.4 Teknik Pengumpulan Data


9.4.1 Pengukuran Tinggi Badan
            Testi berdiri di depan pita atau alat ukur yang telah ditempat kan pada dinding yang datar. Testi berdiri membelakangi alat ukur, dan berdiri tegak, dagu ditahan. Tester meletakkan alat bantu di atas kepala testi, dan menulis angka yang tertera dalamukuran cm.
9.4.2 Pengukuran Power Otot Tungkai
9.4.2.1 Prosedur pelaksanaan :
Tes yang digunakan adalah Vertical Jump Test (Tes Lompat Vertikal). Tata pelaksanaan tes adalah sebagai berikut:
-          Peserta tes harus berdiri bersampingan dengan dinding, mata kaki berdekatan.
-          Tangan peserta ditaburkan kapur atau memegang sebatang kapur berukuran 1 inchi menggunakan tangan yang berdekatan dengan dinding.
-          Kemudian testi melompat sekuat dan secepat mungkin seraya tangan meraih ke atas untuk menggariskan sebuah tanda di dinding.
-          Kemudian testi melompat sekali lagi dan kembali menarik garis sebagai tanda.
9.4.3 Pengukuran Kemampuan Lompat Tinggi
          Pelaksanaan tes kemampuan lompat tinggi dilakukan dengan melakukan tes lompatan pada mistar untuk mengetahui hasil lompatan tertinggi dari masing-masing sampel.

9.5 Teknik Pengolahan Data

9.5.1 Menghitung Nilai Rata-Rata (Mean)
          Menentukan nilai rata-rata, penulis menggunakan formula rata-rata yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:49) yaitu sebagai berikut :

Keterangan :    Me = Mean (rata-rata)
                            = Epsilon (baca jumlah)
                         = Nilai × ke I sampai ke n
                        n   = Jumlah individu

9.5.2 Menghitung Standar Deviasi (SD)

Keterangan :    S          = simpangan baku sampel
                                = jumlah skor X
                                  = nilai rata-rata
                        n          = jumlah sampel

9.5.3 Penghitungan Nilai Korelasi
          Besarnya konstribusi satu variable X dengan variable Y dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi prodeuct moment yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:228) sebagai berikut :

Keterangan :    r           = Korelasi
                        xy        = Jumlah product x dan y

9.5. 4 Perhitungan Korelasi Ganda
          Besarnya konstribusi dua variable X dengan variable Y, dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi ganda yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:233) sebagai berikut :
Keterangan :
  = Korelasi antara variable dengan  secara bersama-sama dengan variable Y
= Korelasi product moment antara  dengan Y
= Korelasi product moment antara X2 dengan Y
= Korelasi product moment antara X1 dengan X2

9.5.6 Pengujian Signifikansi terhadap Koefisien Korelasi Ganda
          Pengujian signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda menggunakan rumus statistik F sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiono (2010:235) yaitu :

Keterangan :                R = Koefisien korelasi ganda
                                    k = Jumlah variable independent
                                    n = Jumlah anggota sample

10.  Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini di laksanakan pada tanggal..................... yang bertempat di SMP N 1 Baitussalam.





DAFTAR PUSTAKA

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. C. V. Tambak Kusuma : Jakarta
Harsono, dkk. 1992. Manusia dan Olahraga. ITB dan FPOK/IKIP : Bandung
Mutohir,T.C dan Maksum.A. 2007. Sport Development Indexs. Cetakan I. PT Indeks : Jakarta
Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Cetakan. Dahara Prize : Semarang
Sugiyono. 2010. Statistik Untuk Penelitian. Cetakan ke-17. Alfabeta : Jakarta
Suherman,A dkk. 2001. Atletik Pendekatan Permainan dan Kompetisi.








11.  Instrument penelitian

11.1         Formulir Tes


FORMULIR
TES TINGGI BADAN, POWER OTOT TUNGKAI DAN KETERAMPILAN LOMPAT TINGGI

A.  IDENTITAS PESERTA
1.      NAMA                                                        :
2.      NIM                                                             :
3.      TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR        : 
4.      JENIS KELAMIN                                      :
5.      ANGKATAN/LETING                              :
6.      PROGRAM STUDI                                   :
7.      BERAT BADAN                                        :
8.      TINGGI BADAN                                       :
9.      ALAMAT SEKARANG                            :
10.  NO. HP                                                       :

A.       TES TINGGI BADAN, POWER OTOT TUNGKAI DAN KETERAMPILAN LOMPAT TINGGI (Diisi Oleh Panitia Tes)

NO
BENTUK TES
RAW SCORE
PARAF PANITIA

1

2




3

Tinggi Badan

Loncat Tegak (Vertical Jump)
-          Raihan
-          Lompatan
-          Hasil

Keterampilan Lompat Tinggi


………………… (Cm)


………………… (Cm)
………………… (Cm)
………………… (Cm)

………………… (Meter)



…………………….




…………………….

…………………….
                                                                                              


                                                                                               Banda Aceh, 03 Agustus 2013
Paniti Tes

(                                                   )





Oleh
Soni Mulkami
1006104020062





 








DEPRTEMEN PENDIDIKAN & KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH

2013



LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Skripsi ”Kontribusi Tinggi Badan dan Pwer Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Tinggi pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Baitussalam Tahun Ajaran 2013/2014”. Oleh: Soni Mulkami, Nim:1006104020062, Telah di seminarkan pada .........., dan disetujui untuk mendapatkan bimbingan lanjutan serta melaksanakan penelitian.

Menyetujui
Pembimbing I,


Drs. Abdurrahman, M. Kes
Nip.196803051993031005




Darussalam, 1 Agustus 2013
Ketua Program Studi

Drs. Abdurrahman, M. Kes
Nip.196803051993031005

1.        Judul : Kontribusi Tinggi Badan Dan Power Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Lompat Tinggi Pada Siswa Kelas VIII SMP 1 Baitussalam Tahun Ajaran 2013/2014.


2.      Latar Belakang Masalah

Perkembangan olahraga dewasa ini, dipercaya sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia secara sempurna. Peningkatan kualitas hidup tersebut menjadi hal penting yang dapat memperkokoh suatu pembangunan bangsa. Dengan adanya kesadaran warga Negara Indonesia dalam penyempurnaan olahraga akan membantu perkembangan olahraga secara menyeluruh. Kesadaran yang besar dapat dilihat pada partisipasi masyarakat terhadap olahraga, minat masyarakat untuk ikut serta dan memberi dukungan yang besar terhadap pelaksanaan olahraga. Hal tersebut bertujuan untuk kualitas hidup manusia yang berujung pada harkat dan martabat kemanusiaan itu sendiri. Dikenalnya olahraga sebagai aktivitas fisik yang bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan, menjadikan bangsa Indonesia menuju peradaban yang lebih baik disegala bidang. Manfaat berolahraga sebenarnya sudah semakin disadari oleh sebagian masyarakat. Terbukti dengan semakin banyaknya masyarakat yang melakukan kegiatan olahraga, baik sendiri-sendiri maupun berkelompok dan di tempat terbuka maupun di ruang tertutup. Sesuai Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 4 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, berbunyi : “Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportifitas, displin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat martabat, dan kehormatan bangsa”.
Uraian diatas menjelaskan bahwa olahraga dapat dikembangkan untuk membangun kualitas negeri yang menguntungkan di segala bidang. Bukan hanya untuk menghasilkan predikat terbaik dalam partisipasi masyarakat untuk menghasilkan prestasi, tetapi dapat di kembangkan secara luas bahwa olahraga bisa beradaptasi di semua bidang. Biasanya masyarakat ikut berpartisipasi dalam kemajuan olahraga dan mengikuti kegiatan olahraga karena dorongan dari diri sendiri yang dapat menumbuhkan kemauan dan minat untuk ikut serta dalam kegiatan olahraga. Keikut sertaan yang dilakukan masyarakat bukan semata-semat untuk menyemarakan saja, melainkan boleh ikut serta menjadi pelaku olahraga dan memilih serta mendapat bimbingan dari cabang olahraga yang di sukai. Banyak cabang pembinaan yang terdapat dalam olahraga yang bisa menjadi pilihan sesuai bakat dan minat terhadap cabang olahraga tersebut, salah satu cabang olahrga yang banyak di minati olah kalangan masyarakat dalam kegiatan olahraga adalah cabang atletik.
Cabang atletik adalah cabang olahraga yang berperan sebagai gerak dasar dan biasa dikenal sebagai induk dari cabang olahraga lain. Atletik mengandung semua unsur-unsur aktif yang dapat dijumpai pada cabang olahraga lain. Unsur-unsur aktif tersebut mencakup jalan, lari, lompat dan lempar yang telah di kenal sejak masa nenek moyang terdahulu. Dari sejak dulu semua aktifitas yang dilakukan olah manusia tidak luput dari gerak dasar dalam atletik, karena manusia pada saat itu melakukan gerak dengan berjalan, lari, lompat dan lempar untuk mempertahankan hidup. Kebiasaan itulah yang membuat perkembangan manusia menjadi lebih baik. Menurut Suherman, A. dkk. (2001:3) yakni :
“Sejarah dunia mencatat bahwa atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang memiliki nilai-nilai yang unik, telah dan melahirkan manusia yang untuk bertahan hidup hingga menjadi manusia yang kaya raya. Atletik yang hanya terdiri jalan, lari, lompat dan lempar boleh dikatakan cabang olahraga tertua sama tuanya dengan usia manusia pertama di dunia. Hal ini sangat dipahami karena manusia saat itu harus berjalan, lari, lompat dan lempar untuk mempertahankan hidupnya.

Mempertahankan hidup yang dilakukan oleh nenek moyang terdahulu, menjadi suatu contoh untuk membangun bangsa menuju era teknologi modern. Oleh sebab itu, atletik sekarang sudah dikenal sebagai primadona masyarakat untuk berolahraga. Pembangunan cabang atletik terus dikembangkan sehingga semakin pesat dan menjadikan daya pikat tersendiri bagi masyarakat untuk berantusias terhadap hal positif di dalam semua unsur gerak atletik. Pada masa terdahulu, berjalan, lari, lompat dan lempar masih sangat sederhana bahkan fasilitas dan alat-alat yang di pergunakanpun masih sederhana. Keadaan ini lah yang membuat pemikiran manusia di masa modern untuk meningkatkan hal tersebut dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi. Berjalan, lari, lompat dan lempar sudah berkembang menjadi nomor-nomor bergengsi di dalam atletik modern. Nomor-nomor tersebut memiliki bagian terkecil yang tergolong di setiap komponen untuk di jadikan nomor-nomor dalam perlombaan yang spektakuler. Hal ini yang mendorong masyarakat untuk menyalurkan bakat atau minat terhadap kegiatan olahraga dan ikut membina salah satu nomor di dalam atletik. Nomor-nomor atletik lari mempunyai bagian seperti : lari sprint, estafet dan gawang. Sedangkan lompat seperti : lompat tinggi, lompat jauh, lompat jangkit dan lompat galah. Dan yang terakhir lempar seperti : lempar lembing, tolak peluru, lempar cakram, dan lontar martil. Inilah yang berkembang menjadi nomo-nomor pilihan dari cabang atletik yang dapat menghasilkan prestasi.
Lompat tinggi merupakan salah satu nomor yang terdapat di dalam olahraga atletik nomor lompat. Sesuai namanya lompat tinggi bertujuan untuk melompat setinggi mungkin agar dapat melewati mistar secara sempurna. Ada beberapa bentuk gaya pada lompat tinggi, yaitu: gaya guting, (eastern cut off), gaya guling (western), gaya putar (straddle) dan gaya terlentang (flop), tetapi hanya dua gaya yang sama efisiennya dan sering digunakan yaitu gaya straddle dan flop Ketinggian mistar dimulai dengan ketinggian minimum sampai ketinggian maksimum yang harus di lakukan oleh atlet lompat tinggi di perlombaan. Pada saat melakukan lompatan maka pelompat harus menggunakan tumpuan dengan satu kaki yang di anggap kuat. Diberikan tiga kali kesempatan lompatan pada setiap pelompat dan lompatan dianggap gagal apabila pelompat tidak bisa melewati mistar tiga kali berturut-turut serta pelompat dinyatakan diskualivikasi dalam perlombaan. Kegagalan pelompat itu apabila pelompat menyentuh mistar sehingga mistar terjatuh, bertumpuan dengan dua kaki dan melewati dasar tumpuan dengan salah satu bagian tubuh tanpa berhasil melewati mistar. Menurut Jasver, J (1986:68) mengemukakan bahwa “tujuan melompat adalah untuk meningkatkan komponen vertical sampai tingkat maksimum dan gerak yang umum dilakukan adalah straddle (gerak seperti mengangkang) atau flop (terjun jatuh bebas)”. Lebih lanjut Jasver, J (1986:26) mengemukakan bahwa “pada nomor lompat tinggi pengukuran tinggi mistar harus diukur mulai dari dasar sampai ke bagian terendah dari sisi atas mistar tersebut”.
Pemahaman terhadap lompat tinggi yang tidak luput dari ketinggian mistar yang harus diperoleh pelompat tidak jauh dari aturan-aturan pertandingan yang sesuai ciri khas dalam lompat tinggi. Lompat tinggi tidak dilakukan secara sembarangan tetapi membutuhkan cara agar bisa menguntungkan pelompat sehingga dapat dijadikan acuan keberhasilan pelompat itu sendiri. Cara tersebut berupa beberapa komponen harus dikembangkan sebaik mungkin agar dapat menjadi dukungan dalam perlombaan yang membutuhkan kerja keras altet dan harus dibina serta dilatih kemampuan atlet tersebut supaya bisa berprestasi.
      Komponen keberhasilkan lompatan yang baik diperlukan kondisi fisik yang stabil diantaranya daya tahan, kekuatan, power (daya ledak), keseimbangan, kecepatan, flexibility, ketepatan, kelincahan dan koordinasi menjadi patokan suatu keberhasilan. Pada lompat tinggi keberhasilan tersebut mengarah pada kemampuan atlet dalam pencapaian kualitas otot yang sangat berperan penting di dalam suatu cabang olahraga, karena aktivitas olahraga lebih dominan menggunakan otot-otot tubuh. Komponen tersebut harus menjadi perhatian khusus dalam pencapaian prestasi. Menurut Seaton (1960:51) bahwa: “Komponen yang diperlukan kesegaran jasmani, keterampilan, pengetahuan, social dan keindahan. Kesegaran jasmani sendiri menyangkut pada kesegaran fisik yang meliputi proporsi tubuh, hubungan antara tulang, lemak otot, tinggi, berat dan lain-lain. Kesegaran motor berhubungan dengan kekuatan, tenaga, kelincahan, daya tahan, keseimbangan dan kelentukan”.
Semua komponen yang mendukung keberhasilan cabang olahraga khususnya atletik nomor lompat tinggi saling mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, bertujuan untuk perkembangan prestasi. Komponen tersebut harus benar-benar dilatih dan mendapat pembinaan khusus dari pelaku, pelatih dan anggota yang berperan dalam olahraga. Teknik juga merupakan komponen keberhasilan pada cabang olahraga yang perlu dilatih. Khususnya atletik nomor lompat tinggi teknik yang berupa awalan, tumpuan dan melayang di udara juga suatu patokan yang harus dikembangkan, karena lompat tinggi memerlukan teknik-teknik tersebut untuk memperkuat kemampuan.
Faktor penentu keberhasilan secara khusus pada nomor lompat tinggi ada pada kondisi fisik yang maksimal, agar menjadi buah usaha yang dilakukan bersama serta kerja keras atlet dalam perlombaan. Postur tubuh yaitu tinggi badan merupakan faktor penting yang perlu dikembangkan dan power otot tungkai juga menjadi salah satu faktor yang diperlukan pada lompat tinggi. Tinggi badan merupakan faktor keberhasilan yang bisa menguntungkan pelompat, dikarenakan dengan semakin tinggi badan seorang pelompat bisa mempermudah lompatan sehingga memperkecil pengeluaran tenaga yang berlebihan dan power otot tungkai sebagai tumpuan atau tolakan pun diuntungkan karena tidak melakukan upaya yang melelahkan. Sedangkan power otot tungkai merupakan perpaduan antara kekuatan dan kecepatan daya otot untuk melakukan gerak dalam waktu relatif cepat. Menurut para ahli khususnya mengenai faktor daya ledak otot merupakan faktor yang sangat penting dalam cabang olahraga yang sering menggunakan tungkai sebagai indikator dalam peningkatan kemampuan agar tercapai sasaran yang diinginkan. Sajoto (1988:17) menyatakan bahwa “kekuatan dan kecepatan merupakan satu kesatuan yang dinamakan power yang merupakan ketepatan otot untuk mengerahkan atau mengeluarkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat”.
Hal diatas menjelaskan bahwa suatu aktivitas yang menggunakan daya ledak di butuhkan latihan yang sesuai dengan bentuk cabang olahraga maupun nomor yang terdapat didalam olahraga. Tidak di pungkiri bahwa lompat tinggi merupakan nomor lompat dalam olahraga yang menggunakan tinggi badan sebagai acuan dan daya ledak otot tungkai untuk hasil pencapaian lompatan secara maksimal. Maka seorang atlet sebaiknya diberi binaan dalam latihan yang benar sesuai dengan kebutuhan yang dapat menunjang prestasi yang cemerlang dan bisa di banggakan serta menunjukan prestasi optimal terbaik yang membantu pembangunan Indonesia maju, bugar dengan olahraga.
Sekolah memiliki banyak siswa yang bisa dilatih dan dibina agar menghasilkan calon atlet berprestasi. Itulah menjadi sebab mudahnya pencarian bibit unggul penerus bangsa yang dapat mengharumkan nama bangsa di bidang olahraga. Bagi siswa kelas II SMP Negeri 1 Baitussalam, khususnya nomor lompat tinggi merupakan bagian dari mata pelajaran penjasorkes yang diajarkan. Dengan demikian nomor lompat tinggi sangat penting dipelajari untuk pendidikan jasmani dan kesehatan.
Berdasarkan uaraian dan permasalahan di atas, penulis berkeinginan mengadakan penelitian yang berjudul : “Kontribusi Tinggi Badan dan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Tinggi pada Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Baitussalam Tahun Ajaran 2013/2014”

3.      Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang merupakan pokok masalah dalam penelitian ini adalah :
3.1  Apakah terdapat hubungan tinggi badan terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam?
3.2  Apakah terdapat hubungan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam?
3.3  Apakah terdapat hubungan tinggi badan dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam?

4.      Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
4.1  Hubungan tinggi badan terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas2 SMP Negeri 1 Baitussalam
4.2  Hubungan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas2 SMP Negeri 1 Baitussalam
4.3  Hubungan tinggi badan dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam

5.      Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yang dilihat dari permasalahan di atas adalah :
5.1  Pentingnya mengingat pembinaan dan pembangunan olahraga melalui jalur sekolah yang dilakukan sejak dini, karena sekolah merupakan gudang atlet yang berpotensi.
5.2  Dapat dijadikan masukan bagi pelatih dalam memilih atau membina atlet lompat tinggi
5.3  Dapat dijadikan masukan bagi guru penjasorkes dalam mencari bibit-bibit atlet potensial diruang lingkup sekolah
5.4  Bagi peneliti bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya pada cabang atletik nomor lompat tinggi dan juga
5.5  Dapat dijadikan bahas bacaan bagi mahasiswa dan semua pihak untuk meningkatkan prestasi lompat tinggi dimasa yang akan datang

6.      Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
6.1  Terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam.
6.2  Terdapat hubungan yang signifikan antara power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam
6.3  Terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam

7.      Definisi Operasional

Agar tidak terjadi penafsiran yang salah serta menghindari penyimpangan yang mungkin terjadi pada permasalahan yang digunakan, maka penulis memberikan penegasan istilah yang meliputi :
7.1  Power (daya ledak) adalah gabungan kekuatan dan kecepatan yang merupakan salah satu aspek kondisi fisik yang sangat penting dalam pencapaian prestasi yang optimal. Menurut mutohir, T. C dan Maksum, A (2007:55) power (daya ledak) adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan cepat dengan mengerahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat.
7.2  Kemampuan lompat tinggi adalah melakukan lompatan setinggi mungkin agar bisa melewati mistar tanpa ada kegagalan untuk ketinggian selanjutnya. Maka dari itu kemampuan lompatan menjadi tolak ukur yang sangat penting dalam menentukan hasil prestasi seorang atlet.

8.      Landasan Teoritis

8.1 Pengertian Lompat Tinggi

Lompat tinggi merupakan suatu keterampilan untuk melewati mistar yang berada diantara dua tiang. Lompat tinggi salah satu dari olahraga atletik nomor lompat, sesuai dengan namanya lompat tinggi mempunyai tujuan untuk melompat setinggi mungkin memproyeksikan gaya berat badan di udara dengan kecepatan gerak ke depan secara maksimal. Ketinggian lompatan tergantung pada kemampuan pelompat dari gerakan awalan yaitu lari menjadi gerakan bersudut saat melakukan tumpuan dengan merubah gerakan ke depan menjadi gerakan ke atas. Menurut Suherman, A. dkk (2001:42) “lompat tinggi merupakan satu jenis keterampilan untuk melewati mistar yang diantara kedua tiang”.
Jasver, J (1986:68) mengemukakan bahwa “tujuan melompat adalah untuk meningkatkan komponen vertical sampai tingkat maksimum dan gerak yang umum dilakukan adalah straddle (gerak seperti mengangkang) atau flop (terjun jatuh bebas)”. Lebih lanjut Jasver, J (1986:26) mengemukakan bahwa “pada nomor lompat tinggi pengukuran tinggi mistar diukur dari dasar sampai ke bagian terendah dari sisi mistar tersebut”.
Penjelasan diatas merupakan pemahaman terhadap lompat tinggi yang tidak luput dari ketinggian mistar yang harus diperoleh pelompat. Sehingga penjelasan lompat tinggi dapat menunjukkan arah bahwa seorang pelompat tinggi akan berhadapan dengan ketinggian yang membutuhkan kekuatan ataupun kemampuan dari dirinya sendiri. Maka dari itu pelompat harus memperkuat kemampuan yang dapat membantu kemampuan lompatan tersebut dengan latihan yang baik dan aturan latihan yang benar.

8.2 Pengertian Power Otot Tungkai

Power otot tungkai merupakan gabungan antara kekuatan dan kecepatan daya ledak otot untuk melakukan gerak dalam jangka waktu relative cepat. Daya ledak otot sangat penting dalam cabang yang sering mempergunakan tungkai sebagai patokan dalam peningkatan kemampuan agar tercapai tujuan yang diinginkan. Kekuatan dan kecepatan merupakan faktor dari power yang merupakan ketepatan otot untuk mengerahkan dan mengeluarkan kekuatan maksimal dalam waktu singkat. Sajoto (1995:11) menyatakan “daya otot (muscular power) merupakan kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya”.
Hal ini menjelaskan bahwa suatu aktivitas yang menggunakan daya ledak dibutuhkan latihan yang sesuai dengan bentuk cabang olahraga maupun nomor yang terdapat didalam olahraga. Keberhasilan power otot tungkai yang merupakan komponene penting dalam lompat tinggi menjadi suatu perhatian yang dapat membantu peningkatan kemampuan lompatan secara sempurna.

8.3 Sejarah atletik

Atletik merupakan salah satu cabang dari olahraga yang paling dasar. Atletik mempunyai gerak dasar dan biasa dikenal sebagai induk dari cabang olahraga lain. Istilah atletik dari bahasa Yunani, yaitu “Athlon” yang mempunyai makna bertanding dan berlomba. Istilah atletik yang digunakan di Indonesia pada saat ini diambil dari bahasa inggris yaitu Athletic yang merupakan cabang olahraga yang meliputi jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik sudah sejak masa nenek moyang terdahulu. Bentuk kegiatan yang ada dalam atletik sangatlah beragam, sehingga atletik bisa dijadikan salah satu alat pembinaan bagi cabang olahraga lain. Menurut Suherman, A. dkk (2001:3) yakni :
“Sejarah dunia mencatat bahwa atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang memiliki nilai-nilai yang unik, telah dan melahirkan manusia yang untuk bertahan hidup hingga menjadi manusia yang kaya raya. Atletik yang hanya terdiri jalan, lari, lompat dan lempar boleh dikatakan cabang olahraga tertua sama tuanya dengan usia manusia pertama di dunia. Hal ini sangat dipahami karena manusia saat itu harus berjalan, lari, lompat dan lempar untuk mempertahankan hidupnya.
Mempertahankan hidup yang dilakukan oleh nenek moyang terdahulu, menjadi suatu contoh untuk mebangun bangsa menuju era teknologi modern. Atletik kaya akan sejarah yang membentuk karakter manusia sehingga dapat bertahan hingga sekarang. Perjalanan atletik memiliki makna tersendiri di dunia dan mempunyai perjalanan terpanjang di dunia, sehingga dapat dijadikan manfaat tersendiri bagi sumber daya manusia (SDM).

8.4 Teknik-Teknik Dasar Cabang Olahraga Atletik Nomor Lompat Tinggi


8.4.1 Awalan
Melakukan awalan pada lompat tinggi bertujuan untuk membangkitkan daya gerak, dari gerak mendarat/horizontal kea rah vertical. Dalam melakukan lompat tinggi, yang harus diperhatikan oleh si pelompat adalah tiga langkah terakhir yaitu langkah harus panjang dan cepat, sedangkan badan agak condong ke belakang. Ada beberapa karakteristik untuk mempermudah pengambilan awalan pada lompat tinggi.
8.4.2 Tolakan atau Tumpuan
Tolakan adalah perpindahan gerak dari kecepatan horizontal kea rah vertical yang harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Pada waktu akan melakukan tumpuan, si pelompat pada tiga dan lima langkah terakhir harus sudah mempersiapkan kakinya untuk melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya, sehingga dapat mengangkat tubuhnya melayang ke atas. Tolakan dimulai dari tumit, terus ke telapak kaki, dan terakhir pada ujung jari kaki yang dilakukan secara cepat dan tepat. Pada saat titik berat badan berada pada kaki tolakan, secepat mungkin pergelangan kaki belakang (kaki ayunan). Kaki ayun dengan lutut agak dibengkokan, bersiap-siap untuk berayun kedepan, ke atas di teruskan ke belakang atas untuk membawa persendian bahu ke atas, hingga seluruh tubuh akan terangkat melayang untuk melewati mistar.
8.4.3 Sikap Badan di atas Mistar (Sikap Melayang)
Sikap badan di atas mistar berhubungan dengan sudut awalan pada waktu akan melakukan lompatan/tolakan. Jadi sikap badan di atas mistar dibentuk mulai dari saat lepasnya kaki tolakan sampai melayang di atas mistar. Dengan demikian gaya dalam lompat tinggi bisa dibedakan gayanya ketika si pelompat berada di atas mistar.

8.5 Peranan Tinggi Badan dan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Tinggi


Peranan tinggi badan terhadap lompat tinggi merupakan faktor penunjang biologis yang dapat membantu keberhasilan suatu cabang atletik nomor lompat. Semakin tinggi badan pelompat, semakin mudah jangkauan mistar yang di capai. Sehingga tidak mempersulit si pelompat untuk melakukan kemampuan lompatannya tersebut. Sajoto (1995:3) menyatakan “aspek biologis terdiri dari struktur dan postur tubuh, lebar dan berat tubuh dan bentuk tubuh: endomorphy, mesomorphy dan ectomorphy.
Peranan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi merupakan salah satu unsure penting yang harus di latih sebaik mungkin, lompat tinggi identik dengan menggunakan tungkai. Oleh sebab itu peranan power otot tungkai di perlukan di dalam lompat tinggi pada saat melakukan awalan serta tumpuan yang kuat oleh tungkai menjadi faktor keberhasilan dalam lompat tinggi untuk melewati mistar.
Peranan tinggi badan dan power otot tungkai merupakan kelompok penting yang saling terkait dan saling membantu. Pada waktu awalan dan tumpuan tinggi badan dan power otot tungkai bekerja sama untuk pencapaian hasil lompatan yang maksimal. Tumpuan yang kuat menjadi faktor penentu lompatan melewati mistar.

9.       Metode penelitian


9.1 Jenis Penelitian


             Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Jenis penelitian deskriptif merupakan suatu jenis penelitian terhadap fakta-fakta yang ada saat sekarang dan melaporkannya seperti apa yang akan terjadi. Pada umumnya, tipe penelitian deskriptif berkaitan dengan opini atau pendapat umum, peristiwa prosedur atau proses (Pohan, R. 2007:6).

9.2 Rancangan Penelitian (Desain Penelitian)


             Rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam rancangan penelitian yang dimulai dengan mengadakan observasi pada populasi serta evaluasi dari populasi hingga terbentuk sampel. Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memiliki pengukuran variable, prosedur dan teknik sampling, instrument, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian. Rancangan penelitian dibuat agar mempermudah pelaksanaan pengukuran yang dilaksanakan.


9.3 Populasi dan Sampel Penelitian


9.3.1 Populasi
             Populasi adalah seluruh individu yang ditetapkan manjadi sumber data. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan siswa kelas 2 pada SMP Negeri 1 Baitussalam. Peneliti mengambil sebagian dari populasi sebagai sampel karena populasi berjumlah besar, sehingga peneliti menetapkan 25% dari populasi menjadi sampel kecil yang berjumlah kurang dari 30 orang. Menurut Arikunto, S. (2002:112) “jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.
Tabel 1, Keadaan populasi siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam.
No
Kelas
Jenis kelamin
Jumlah
Ket
(25%)
Pa (org)
Pi (org)
1.       
X1
22
10
32
8
2.       
X2
25
15
40
10
3.       
X3
28
14
42
11

Jumlah
75
39
114
29


9.3.2 Sampel
             Sampel merupakan subjek dari pada populasi atau bagian terkecil dari populasi. Sampel adalah sejumlah individu yang di ambil dari kelompok populasi (sebagian dari populasi), Pohan,R (2007:48). Pada penelitian ini pengambilan sampel secara Random Sampling. Random sampling adalah pengambilan sampel secara acak.
Tabel 2, Keadaan sampel siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam.
NO
NAMA
NIS
KELAS
JENIS KELAMIN
1
An
001
X1
L
2
Bs
002
X1
L
3
Ca
003
X1
P
4
Do
004
X1
P
5
E
005
X1
L
6
F
006
X1
L
7
G
007
X1
P
8
H
008
X1
L
9
I
009
X2
L
10
J
010
X2
L
11
K
011
X2
P
12
L
012
X2
P
13
M
013
X2
P
14
Ni
014
X2
L
15
Om
015
X2
L
16
Pu
016
X2
L
17
Q
017
X2
P
18
R
018
X2
P
19
S
019
X3
L
20
Ti
020
X3
L
21
Ut
021
X3
P
22
V
022
X3
L
23
W
023
X3
L
24
X
024
X3
P
25
Y
025
X3
L
26
Z
026
X3
P
27
Aab
027
X3
L
28
Abc
028
X3
P
29
Acd
029
X3
P













9.4 Teknik Pengumpulan Data


9.4.1 Pengukuran Tinggi Badan
            Testi berdiri di depan pita atau alat ukur yang telah ditempat kan pada dinding yang datar. Testi berdiri membelakangi alat ukur, dan berdiri tegak, dagu ditahan. Tester meletakkan alat bantu di atas kepala testi, dan menulis angka yang tertera dalamukuran cm.
9.4.2 Pengukuran Power Otot Tungkai
9.4.2.1 Prosedur pelaksanaan :
Tes yang digunakan adalah Vertical Jump Test (Tes Lompat Vertikal). Tata pelaksanaan tes adalah sebagai berikut:
-          Peserta tes harus berdiri bersampingan dengan dinding, mata kaki berdekatan.
-          Tangan peserta ditaburkan kapur atau memegang sebatang kapur berukuran 1 inchi menggunakan tangan yang berdekatan dengan dinding.
-          Kemudian testi melompat sekuat dan secepat mungkin seraya tangan meraih ke atas untuk menggariskan sebuah tanda di dinding.
-          Kemudian testi melompat sekali lagi dan kembali menarik garis sebagai tanda.
9.4.3 Pengukuran Kemampuan Lompat Tinggi
          Pelaksanaan tes kemampuan lompat tinggi dilakukan dengan melakukan tes lompatan pada mistar untuk mengetahui hasil lompatan tertinggi dari masing-masing sampel.

9.5 Teknik Pengolahan Data

9.5.1 Menghitung Nilai Rata-Rata (Mean)
          Menentukan nilai rata-rata, penulis menggunakan formula rata-rata yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:49) yaitu sebagai berikut :

Keterangan :    Me = Mean (rata-rata)
                            = Epsilon (baca jumlah)
                         = Nilai × ke I sampai ke n
                        n   = Jumlah individu

9.5.2 Menghitung Standar Deviasi (SD)

Keterangan :    S          = simpangan baku sampel
                                = jumlah skor X
                                  = nilai rata-rata
                        n          = jumlah sampel

9.5.3 Penghitungan Nilai Korelasi
          Besarnya konstribusi satu variable X dengan variable Y dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi prodeuct moment yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:228) sebagai berikut :

Keterangan :    r           = Korelasi
                        xy        = Jumlah product x dan y

9.5. 4 Perhitungan Korelasi Ganda
          Besarnya konstribusi dua variable X dengan variable Y, dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi ganda yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:233) sebagai berikut :
Keterangan :
  = Korelasi antara variable dengan  secara bersama-sama dengan variable Y
= Korelasi product moment antara  dengan Y
= Korelasi product moment antara X2 dengan Y
= Korelasi product moment antara X1 dengan X2

9.5.6 Pengujian Signifikansi terhadap Koefisien Korelasi Ganda
          Pengujian signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda menggunakan rumus statistik F sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiono (2010:235) yaitu :

Keterangan :                R = Koefisien korelasi ganda
                                    k = Jumlah variable independent
                                    n = Jumlah anggota sample

10.  Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini di laksanakan pada tanggal..................... yang bertempat di SMP N 1 Baitussalam.





DAFTAR PUSTAKA

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. C. V. Tambak Kusuma : Jakarta
Harsono, dkk. 1992. Manusia dan Olahraga. ITB dan FPOK/IKIP : Bandung
Mutohir,T.C dan Maksum.A. 2007. Sport Development Indexs. Cetakan I. PT Indeks : Jakarta
Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Cetakan. Dahara Prize : Semarang
Sugiyono. 2010. Statistik Untuk Penelitian. Cetakan ke-17. Alfabeta : Jakarta
Suherman,A dkk. 2001. Atletik Pendekatan Permainan dan Kompetisi.








11.  Instrument penelitian

11.1         Formulir Tes


FORMULIR
TES TINGGI BADAN, POWER OTOT TUNGKAI DAN KETERAMPILAN LOMPAT TINGGI

A.  IDENTITAS PESERTA
1.      NAMA                                                        :
2.      NIM                                                             :
3.      TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR        : 
4.      JENIS KELAMIN                                      :
5.      ANGKATAN/LETING                              :
6.      PROGRAM STUDI                                   :
7.      BERAT BADAN                                        :
8.      TINGGI BADAN                                       :
9.      ALAMAT SEKARANG                            :
10.  NO. HP                                                       :

A.       TES TINGGI BADAN, POWER OTOT TUNGKAI DAN KETERAMPILAN LOMPAT TINGGI (Diisi Oleh Panitia Tes)

NO
BENTUK TES
RAW SCORE
PARAF PANITIA

1

2




3

Tinggi Badan

Loncat Tegak (Vertical Jump)
-          Raihan
-          Lompatan
-          Hasil

Keterampilan Lompat Tinggi


………………… (Cm)


………………… (Cm)
………………… (Cm)
………………… (Cm)

………………… (Meter)



…………………….




…………………….

…………………….
                                                                                              


                                                                                               Banda Aceh, 03 Agustus 2013
Paniti Tes

(                                                   )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar