KONTRIBUSI
TINGGI BADAN DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP
KEMAMPUAN LOMPAT TINGGI PADA SISWA SMP 1 BAITUSSALAM TAHUN AJARAN 2013/2014
Oleh
Soni Mulkami
1006104020062
DEPRTEMEN PENDIDIKAN
& KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2013
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal Skripsi ”Kontribusi
Tinggi Badan dan Pwer Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Tinggi pada Siswa Kelas VIII SMP N
1 Baitussalam Tahun Ajaran 2013/2014”. Oleh: Soni Mulkami, Nim:1006104020062,
Telah di seminarkan pada .........., dan disetujui untuk mendapatkan
bimbingan lanjutan serta melaksanakan penelitian.
Menyetujui
Pembimbing
I,
Drs. Abdurrahman,
M. Kes
Nip.196803051993031005
Darussalam, 1 Agustus
2013
Ketua Program Studi
Drs. Abdurrahman, M. Kes
Nip.196803051993031005
1. Judul : Kontribusi Tinggi Badan Dan Power Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Lompat Tinggi Pada Siswa Kelas VIII SMP 1 Baitussalam Tahun Ajaran 2013/2014.
2. Latar Belakang Masalah
Perkembangan
olahraga dewasa ini, dipercaya sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia secara sempurna. Peningkatan
kualitas hidup tersebut menjadi hal penting yang dapat memperkokoh suatu
pembangunan bangsa. Dengan adanya kesadaran warga Negara Indonesia dalam
penyempurnaan olahraga akan membantu perkembangan olahraga secara menyeluruh.
Kesadaran yang besar dapat dilihat pada partisipasi masyarakat terhadap
olahraga, minat masyarakat untuk ikut serta dan memberi dukungan yang besar
terhadap pelaksanaan olahraga. Hal tersebut bertujuan untuk kualitas hidup
manusia yang berujung pada harkat dan martabat kemanusiaan itu sendiri. Dikenalnya
olahraga sebagai aktivitas fisik yang bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran
dan kesehatan, menjadikan bangsa Indonesia menuju peradaban yang lebih baik
disegala bidang. Manfaat berolahraga sebenarnya sudah semakin disadari oleh
sebagian masyarakat. Terbukti dengan semakin banyaknya masyarakat yang
melakukan kegiatan olahraga, baik sendiri-sendiri maupun berkelompok dan di
tempat terbuka maupun di ruang tertutup. Sesuai Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2005 Pasal 4 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, berbunyi : “Keolahragaan
nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran,
prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia,
sportifitas, displin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,
memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat martabat, dan
kehormatan bangsa”.
Uraian diatas
menjelaskan bahwa olahraga dapat dikembangkan untuk membangun kualitas negeri
yang menguntungkan di segala bidang. Bukan hanya untuk menghasilkan predikat
terbaik dalam partisipasi masyarakat untuk menghasilkan prestasi, tetapi dapat
di kembangkan secara luas bahwa olahraga bisa beradaptasi di semua bidang.
Biasanya masyarakat ikut berpartisipasi dalam kemajuan olahraga dan mengikuti
kegiatan olahraga karena dorongan dari diri sendiri yang dapat menumbuhkan
kemauan dan minat untuk ikut serta dalam kegiatan olahraga. Keikut sertaan yang
dilakukan masyarakat bukan semata-semat untuk menyemarakan saja, melainkan
boleh ikut serta menjadi pelaku olahraga dan memilih serta mendapat bimbingan
dari cabang olahraga yang di sukai. Banyak cabang pembinaan yang terdapat dalam
olahraga yang bisa menjadi pilihan sesuai bakat dan minat terhadap cabang
olahraga tersebut, salah satu cabang olahrga yang banyak di minati olah
kalangan masyarakat dalam kegiatan olahraga adalah cabang atletik.
Cabang atletik
adalah cabang olahraga yang berperan sebagai gerak dasar dan biasa dikenal
sebagai induk dari cabang olahraga lain. Atletik mengandung semua unsur-unsur
aktif yang dapat dijumpai pada cabang olahraga lain. Unsur-unsur aktif tersebut
mencakup jalan, lari, lompat dan lempar yang telah di kenal sejak masa nenek
moyang terdahulu. Dari sejak dulu semua aktifitas yang dilakukan olah manusia
tidak luput dari gerak dasar dalam atletik, karena manusia pada saat itu
melakukan gerak dengan berjalan, lari, lompat dan lempar untuk mempertahankan
hidup. Kebiasaan itulah yang membuat perkembangan manusia menjadi lebih baik.
Menurut Suherman, A. dkk. (2001:3) yakni :
“Sejarah
dunia mencatat bahwa atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang memiliki
nilai-nilai yang unik, telah dan melahirkan manusia yang untuk bertahan hidup
hingga menjadi manusia yang kaya raya. Atletik yang hanya terdiri jalan, lari,
lompat dan lempar boleh dikatakan cabang olahraga tertua sama tuanya dengan
usia manusia pertama di dunia. Hal ini sangat dipahami karena manusia saat itu
harus berjalan, lari, lompat dan lempar untuk mempertahankan hidupnya.
Mempertahankan
hidup yang dilakukan oleh nenek moyang terdahulu, menjadi suatu contoh untuk
membangun bangsa menuju era teknologi modern. Oleh sebab itu, atletik sekarang
sudah dikenal sebagai primadona masyarakat untuk berolahraga. Pembangunan
cabang atletik terus dikembangkan sehingga semakin pesat dan menjadikan daya
pikat tersendiri bagi masyarakat untuk berantusias terhadap hal positif di
dalam semua unsur gerak atletik. Pada masa terdahulu, berjalan, lari, lompat
dan lempar masih sangat sederhana bahkan fasilitas dan alat-alat yang di
pergunakanpun masih sederhana. Keadaan ini lah yang membuat pemikiran manusia
di masa modern untuk meningkatkan hal tersebut dengan memanfaatkan ilmu dan
teknologi. Berjalan, lari, lompat dan lempar sudah berkembang menjadi
nomor-nomor bergengsi di dalam atletik modern. Nomor-nomor tersebut memiliki
bagian terkecil yang tergolong di setiap komponen untuk di jadikan nomor-nomor
dalam perlombaan yang spektakuler. Hal ini yang mendorong masyarakat untuk
menyalurkan bakat atau minat terhadap kegiatan olahraga dan ikut membina salah
satu nomor di dalam atletik. Nomor-nomor atletik lari mempunyai bagian seperti
: lari sprint, estafet dan gawang. Sedangkan lompat seperti : lompat tinggi,
lompat jauh, lompat jangkit dan lompat galah. Dan yang terakhir lempar seperti
: lempar lembing, tolak peluru, lempar cakram, dan lontar martil. Inilah yang
berkembang menjadi nomo-nomor pilihan dari cabang atletik yang dapat
menghasilkan prestasi.
Lompat tinggi
merupakan salah satu nomor yang terdapat di dalam olahraga atletik nomor
lompat. Sesuai namanya lompat tinggi bertujuan untuk melompat setinggi mungkin
agar dapat melewati mistar secara sempurna. Ada beberapa bentuk gaya pada
lompat tinggi, yaitu: gaya guting, (eastern cut off), gaya guling (western),
gaya putar (straddle) dan gaya terlentang (flop), tetapi hanya dua gaya yang
sama efisiennya dan sering digunakan yaitu gaya straddle dan flop Ketinggian
mistar dimulai dengan ketinggian minimum sampai ketinggian maksimum yang harus
di lakukan oleh atlet lompat tinggi di perlombaan. Pada saat melakukan lompatan
maka pelompat harus menggunakan tumpuan dengan satu kaki yang di anggap kuat.
Diberikan tiga kali kesempatan lompatan pada setiap pelompat dan lompatan
dianggap gagal apabila pelompat tidak bisa melewati mistar tiga kali
berturut-turut serta pelompat dinyatakan diskualivikasi dalam perlombaan.
Kegagalan pelompat itu apabila pelompat menyentuh mistar sehingga mistar
terjatuh, bertumpuan dengan dua kaki dan melewati dasar tumpuan dengan salah
satu bagian tubuh tanpa berhasil melewati mistar. Menurut Jasver, J (1986:68)
mengemukakan bahwa “tujuan melompat adalah untuk meningkatkan komponen vertical
sampai tingkat maksimum dan gerak yang umum dilakukan adalah straddle (gerak
seperti mengangkang) atau flop (terjun jatuh bebas)”. Lebih lanjut Jasver, J
(1986:26) mengemukakan bahwa “pada nomor lompat tinggi pengukuran tinggi mistar
harus diukur mulai dari dasar sampai ke bagian terendah dari sisi atas mistar
tersebut”.
Pemahaman
terhadap lompat tinggi yang tidak luput dari ketinggian mistar yang harus
diperoleh pelompat tidak jauh dari aturan-aturan pertandingan yang sesuai ciri
khas dalam lompat tinggi. Lompat tinggi tidak dilakukan secara sembarangan
tetapi membutuhkan cara agar bisa menguntungkan pelompat sehingga dapat
dijadikan acuan keberhasilan pelompat itu sendiri. Cara tersebut berupa
beberapa komponen harus dikembangkan sebaik mungkin agar dapat menjadi dukungan
dalam perlombaan yang membutuhkan kerja keras altet dan harus dibina serta
dilatih kemampuan atlet tersebut supaya bisa berprestasi.
Komponen
keberhasilkan lompatan yang baik diperlukan kondisi fisik yang stabil
diantaranya daya tahan, kekuatan, power (daya ledak), keseimbangan, kecepatan,
flexibility, ketepatan, kelincahan dan koordinasi menjadi patokan suatu
keberhasilan. Pada lompat tinggi keberhasilan tersebut mengarah pada kemampuan
atlet dalam pencapaian kualitas otot yang sangat berperan penting di dalam
suatu cabang olahraga, karena aktivitas olahraga lebih dominan menggunakan
otot-otot tubuh. Komponen tersebut harus menjadi perhatian khusus dalam pencapaian
prestasi. Menurut Seaton (1960:51) bahwa: “Komponen yang diperlukan kesegaran
jasmani, keterampilan, pengetahuan, social dan keindahan. Kesegaran jasmani
sendiri menyangkut pada kesegaran fisik yang meliputi proporsi tubuh, hubungan
antara tulang, lemak otot, tinggi, berat dan lain-lain. Kesegaran motor
berhubungan dengan kekuatan, tenaga, kelincahan, daya tahan, keseimbangan dan
kelentukan”.
Semua komponen
yang mendukung keberhasilan cabang olahraga khususnya atletik nomor lompat
tinggi saling mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, bertujuan
untuk perkembangan prestasi. Komponen tersebut harus benar-benar dilatih dan
mendapat pembinaan khusus dari pelaku, pelatih dan anggota yang berperan dalam
olahraga. Teknik juga merupakan komponen keberhasilan pada cabang olahraga yang
perlu dilatih. Khususnya atletik nomor lompat tinggi teknik yang berupa awalan,
tumpuan dan melayang di udara juga suatu patokan yang harus dikembangkan,
karena lompat tinggi memerlukan teknik-teknik tersebut untuk memperkuat
kemampuan.
Faktor penentu
keberhasilan secara khusus pada nomor lompat tinggi ada pada kondisi fisik yang
maksimal, agar menjadi buah usaha yang dilakukan bersama serta kerja keras
atlet dalam perlombaan. Postur tubuh yaitu tinggi badan merupakan faktor
penting yang perlu dikembangkan dan power otot tungkai juga menjadi salah satu
faktor yang diperlukan pada lompat tinggi. Tinggi badan merupakan faktor
keberhasilan yang bisa menguntungkan pelompat, dikarenakan dengan semakin
tinggi badan seorang pelompat bisa mempermudah lompatan sehingga memperkecil
pengeluaran tenaga yang berlebihan dan power otot tungkai sebagai tumpuan atau
tolakan pun diuntungkan karena tidak melakukan upaya yang melelahkan. Sedangkan
power otot tungkai merupakan perpaduan antara kekuatan dan kecepatan daya otot
untuk melakukan gerak dalam waktu relatif cepat. Menurut para ahli khususnya
mengenai faktor daya ledak otot merupakan faktor yang sangat penting dalam
cabang olahraga yang sering menggunakan tungkai sebagai indikator dalam
peningkatan kemampuan agar tercapai sasaran yang diinginkan. Sajoto (1988:17)
menyatakan bahwa “kekuatan dan kecepatan merupakan satu kesatuan yang dinamakan
power yang merupakan ketepatan otot untuk mengerahkan atau mengeluarkan
kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat”.
Hal diatas
menjelaskan bahwa suatu aktivitas yang menggunakan daya ledak di butuhkan
latihan yang sesuai dengan bentuk cabang olahraga maupun nomor yang terdapat
didalam olahraga. Tidak di pungkiri bahwa lompat tinggi merupakan nomor lompat
dalam olahraga yang menggunakan tinggi badan sebagai acuan dan daya ledak otot
tungkai untuk hasil pencapaian lompatan secara maksimal. Maka seorang atlet
sebaiknya diberi binaan dalam latihan yang benar sesuai dengan kebutuhan yang
dapat menunjang prestasi yang cemerlang dan bisa di banggakan serta menunjukan
prestasi optimal terbaik yang membantu pembangunan Indonesia maju, bugar dengan
olahraga.
Sekolah memiliki
banyak siswa yang bisa dilatih dan dibina agar menghasilkan calon atlet berprestasi.
Itulah menjadi sebab mudahnya pencarian bibit unggul penerus bangsa yang dapat
mengharumkan nama bangsa di bidang olahraga. Bagi siswa kelas II SMP Negeri 1
Baitussalam, khususnya nomor lompat tinggi merupakan bagian dari mata pelajaran
penjasorkes yang diajarkan. Dengan demikian nomor lompat tinggi sangat penting
dipelajari untuk pendidikan jasmani dan kesehatan.
Berdasarkan uaraian dan permasalahan di atas,
penulis berkeinginan mengadakan penelitian yang berjudul : “Kontribusi Tinggi
Badan dan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Tinggi pada Siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Baitussalam Tahun Ajaran 2013/2014”
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang
merupakan pokok masalah dalam penelitian ini adalah :
3.1 Apakah
terdapat hubungan tinggi badan terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa
kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam?
3.2 Apakah
terdapat hubungan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada
siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam?
3.3 Apakah
terdapat hubungan tinggi badan dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat
tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam?
4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
4.1 Hubungan
tinggi badan terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas2 SMP Negeri 1 Baitussalam
4.2 Hubungan
power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas2 SMP
Negeri 1 Baitussalam
4.3 Hubungan
tinggi badan dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa
kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam
5. Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat penelitian ini yang dilihat dari permasalahan di atas adalah :
5.1 Pentingnya
mengingat pembinaan dan pembangunan olahraga melalui jalur sekolah yang
dilakukan sejak dini, karena sekolah merupakan gudang atlet yang berpotensi.
5.2 Dapat
dijadikan masukan bagi pelatih dalam memilih atau membina atlet lompat tinggi
5.3 Dapat
dijadikan masukan bagi guru penjasorkes dalam mencari bibit-bibit atlet
potensial diruang lingkup sekolah
5.4 Bagi
peneliti bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya pada cabang atletik
nomor lompat tinggi dan juga
5.5 Dapat
dijadikan bahas bacaan bagi mahasiswa dan semua pihak untuk meningkatkan
prestasi lompat tinggi dimasa yang akan datang
6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian
diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
6.1 Terdapat
hubungan yang signifikan antara tinggi badan terhadap kemampuan lompat tinggi
pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam.
6.2 Terdapat
hubungan yang signifikan antara power otot tungkai terhadap kemampuan lompat
tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam
6.3 Terdapat
hubungan yang signifikan antara tinggi badan dan power otot tungkai terhadap
kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam
7. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi penafsiran yang salah serta
menghindari penyimpangan yang mungkin terjadi pada permasalahan yang digunakan,
maka penulis memberikan penegasan istilah yang meliputi :
7.1 Power
(daya ledak) adalah gabungan kekuatan dan kecepatan yang merupakan salah satu
aspek kondisi fisik yang sangat penting dalam pencapaian prestasi yang optimal.
Menurut mutohir, T. C dan Maksum, A (2007:55) power (daya ledak) adalah
kemampuan untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan cepat dengan
mengerahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat.
7.2 Kemampuan
lompat tinggi adalah melakukan lompatan setinggi mungkin agar bisa melewati
mistar tanpa ada kegagalan untuk ketinggian selanjutnya. Maka dari itu
kemampuan lompatan menjadi tolak ukur yang sangat penting dalam menentukan
hasil prestasi seorang atlet.
8. Landasan Teoritis
8.1 Pengertian Lompat Tinggi
Lompat tinggi
merupakan suatu keterampilan untuk melewati mistar yang berada diantara dua
tiang. Lompat tinggi salah satu dari olahraga atletik nomor lompat, sesuai
dengan namanya lompat tinggi mempunyai tujuan untuk melompat setinggi mungkin
memproyeksikan gaya berat badan di udara dengan kecepatan gerak ke depan secara
maksimal. Ketinggian lompatan tergantung pada kemampuan pelompat dari gerakan
awalan yaitu lari menjadi gerakan bersudut saat melakukan tumpuan dengan
merubah gerakan ke depan menjadi gerakan ke atas. Menurut Suherman, A. dkk
(2001:42) “lompat tinggi merupakan satu jenis keterampilan untuk melewati
mistar yang diantara kedua tiang”.
Jasver, J
(1986:68) mengemukakan bahwa “tujuan melompat adalah untuk meningkatkan
komponen vertical sampai tingkat maksimum dan gerak yang umum dilakukan adalah
straddle (gerak seperti mengangkang) atau flop (terjun jatuh bebas)”. Lebih
lanjut Jasver, J (1986:26) mengemukakan bahwa “pada nomor lompat tinggi
pengukuran tinggi mistar diukur dari dasar sampai ke bagian terendah dari sisi
mistar tersebut”.
Penjelasan diatas merupakan pemahaman terhadap
lompat tinggi yang tidak luput dari ketinggian mistar yang harus diperoleh
pelompat. Sehingga penjelasan lompat tinggi dapat menunjukkan arah bahwa
seorang pelompat tinggi akan berhadapan dengan ketinggian yang membutuhkan
kekuatan ataupun kemampuan dari dirinya sendiri. Maka dari itu pelompat harus
memperkuat kemampuan yang dapat membantu kemampuan lompatan tersebut dengan
latihan yang baik dan aturan latihan yang benar.
8.2 Pengertian Power Otot Tungkai
Power otot
tungkai merupakan gabungan antara kekuatan dan kecepatan daya ledak otot untuk
melakukan gerak dalam jangka waktu relative cepat. Daya ledak otot sangat
penting dalam cabang yang sering mempergunakan tungkai sebagai patokan dalam
peningkatan kemampuan agar tercapai tujuan yang diinginkan. Kekuatan dan
kecepatan merupakan faktor dari power yang merupakan ketepatan otot untuk
mengerahkan dan mengeluarkan kekuatan maksimal dalam waktu singkat. Sajoto
(1995:11) menyatakan “daya otot (muscular power) merupakan kemampuan seseorang
untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang
sependek-pendeknya”.
Hal ini
menjelaskan bahwa suatu aktivitas yang menggunakan daya ledak dibutuhkan
latihan yang sesuai dengan bentuk cabang olahraga maupun nomor yang terdapat
didalam olahraga. Keberhasilan power otot tungkai yang merupakan komponene
penting dalam lompat tinggi menjadi suatu perhatian yang dapat membantu
peningkatan kemampuan lompatan secara sempurna.
8.3 Sejarah atletik
Atletik
merupakan salah satu cabang dari olahraga yang paling dasar. Atletik mempunyai
gerak dasar dan biasa dikenal sebagai induk dari cabang olahraga lain. Istilah
atletik dari bahasa Yunani, yaitu “Athlon” yang mempunyai makna bertanding dan
berlomba. Istilah atletik yang digunakan di Indonesia pada saat ini diambil
dari bahasa inggris yaitu Athletic yang merupakan cabang olahraga yang meliputi
jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik sudah sejak masa nenek moyang
terdahulu. Bentuk kegiatan yang ada dalam atletik sangatlah beragam, sehingga
atletik bisa dijadikan salah satu alat pembinaan bagi cabang olahraga lain.
Menurut Suherman, A. dkk (2001:3) yakni :
“Sejarah
dunia mencatat bahwa atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang memiliki
nilai-nilai yang unik, telah dan melahirkan manusia yang untuk bertahan hidup
hingga menjadi manusia yang kaya raya. Atletik yang hanya terdiri jalan, lari,
lompat dan lempar boleh dikatakan cabang olahraga tertua sama tuanya dengan
usia manusia pertama di dunia. Hal ini sangat dipahami karena manusia saat itu
harus berjalan, lari, lompat dan lempar untuk mempertahankan hidupnya.
Mempertahankan hidup yang dilakukan oleh nenek
moyang terdahulu, menjadi suatu contoh untuk mebangun bangsa menuju era
teknologi modern. Atletik kaya akan sejarah yang membentuk karakter manusia
sehingga dapat bertahan hingga sekarang. Perjalanan atletik memiliki makna
tersendiri di dunia dan mempunyai perjalanan terpanjang di dunia, sehingga
dapat dijadikan manfaat tersendiri bagi sumber daya manusia (SDM).
8.4 Teknik-Teknik Dasar Cabang Olahraga Atletik Nomor Lompat Tinggi
8.4.1 Awalan
Melakukan awalan pada lompat tinggi bertujuan untuk
membangkitkan daya gerak, dari gerak mendarat/horizontal kea rah vertical.
Dalam melakukan lompat tinggi, yang harus diperhatikan oleh si pelompat adalah
tiga langkah terakhir yaitu langkah harus panjang dan cepat, sedangkan badan
agak condong ke belakang. Ada beberapa karakteristik untuk mempermudah
pengambilan awalan pada lompat tinggi.
8.4.2 Tolakan atau Tumpuan
Tolakan adalah
perpindahan gerak dari kecepatan horizontal kea rah vertical yang harus
dilakukan dengan cepat dan tepat. Pada waktu akan melakukan tumpuan, si
pelompat pada tiga dan lima langkah terakhir harus sudah mempersiapkan kakinya
untuk melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya, sehingga dapat mengangkat tubuhnya
melayang ke atas. Tolakan dimulai dari tumit, terus ke telapak kaki, dan
terakhir pada ujung jari kaki yang dilakukan secara cepat dan tepat. Pada saat
titik berat badan berada pada kaki tolakan, secepat mungkin pergelangan kaki
belakang (kaki ayunan). Kaki ayun dengan lutut agak dibengkokan, bersiap-siap
untuk berayun kedepan, ke atas di teruskan ke belakang atas untuk membawa
persendian bahu ke atas, hingga seluruh tubuh akan terangkat melayang untuk
melewati mistar.
8.4.3 Sikap Badan di atas Mistar
(Sikap Melayang)
Sikap badan di
atas mistar berhubungan dengan sudut awalan pada waktu akan melakukan
lompatan/tolakan. Jadi sikap badan di atas mistar dibentuk mulai dari saat
lepasnya kaki tolakan sampai melayang di atas mistar. Dengan demikian gaya
dalam lompat tinggi bisa dibedakan gayanya ketika si pelompat berada di atas
mistar.
8.5 Peranan Tinggi Badan dan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Tinggi
Peranan tinggi
badan terhadap lompat tinggi merupakan faktor penunjang biologis yang dapat
membantu keberhasilan suatu cabang atletik nomor lompat. Semakin tinggi badan
pelompat, semakin mudah jangkauan mistar yang di capai. Sehingga tidak
mempersulit si pelompat untuk melakukan kemampuan lompatannya tersebut. Sajoto
(1995:3) menyatakan “aspek biologis terdiri dari struktur dan postur tubuh,
lebar dan berat tubuh dan bentuk tubuh: endomorphy, mesomorphy dan ectomorphy.
Peranan power
otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi merupakan salah satu unsure
penting yang harus di latih sebaik mungkin, lompat tinggi identik dengan
menggunakan tungkai. Oleh sebab itu peranan power otot tungkai di perlukan di
dalam lompat tinggi pada saat melakukan awalan serta tumpuan yang kuat oleh
tungkai menjadi faktor keberhasilan dalam lompat tinggi untuk melewati mistar.
Peranan tinggi
badan dan power otot tungkai merupakan kelompok penting yang saling terkait dan
saling membantu. Pada waktu awalan dan tumpuan tinggi badan dan power otot
tungkai bekerja sama untuk pencapaian hasil lompatan yang maksimal. Tumpuan
yang kuat menjadi faktor penentu lompatan melewati mistar.
9. Metode penelitian
9.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Jenis
penelitian deskriptif merupakan suatu jenis penelitian terhadap fakta-fakta
yang ada saat sekarang dan melaporkannya seperti apa yang akan terjadi. Pada
umumnya, tipe penelitian deskriptif berkaitan dengan opini atau pendapat umum,
peristiwa prosedur atau proses (Pohan, R. 2007:6).
9.2 Rancangan Penelitian (Desain Penelitian)
Rancangan
penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam
rancangan penelitian yang dimulai dengan mengadakan observasi pada populasi
serta evaluasi dari populasi hingga terbentuk sampel. Rancangan pelaksanaan
penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memiliki
pengukuran variable, prosedur dan teknik sampling, instrument, pengumpulan
data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian. Rancangan
penelitian dibuat agar mempermudah pelaksanaan pengukuran yang dilaksanakan.
9.3 Populasi dan Sampel Penelitian
9.3.1 Populasi
Populasi adalah
seluruh individu yang ditetapkan manjadi sumber data. Populasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah keadaan siswa kelas 2 pada SMP Negeri 1 Baitussalam.
Peneliti mengambil sebagian dari populasi sebagai sampel karena populasi
berjumlah besar, sehingga peneliti menetapkan 25% dari populasi menjadi sampel
kecil yang berjumlah kurang dari 30 orang. Menurut Arikunto, S. (2002:112)
“jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau
lebih”.
Tabel 1, Keadaan populasi siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam.
No
|
Kelas
|
Jenis kelamin
|
Jumlah
|
Ket
(25%)
|
|
Pa (org)
|
Pi (org)
|
||||
1.
|
X1
|
22
|
10
|
32
|
8
|
2.
|
X2
|
25
|
15
|
40
|
10
|
3.
|
X3
|
28
|
14
|
42
|
11
|
|
Jumlah
|
75
|
39
|
114
|
29
|
9.3.2 Sampel
Sampel
merupakan subjek dari pada populasi atau bagian terkecil dari populasi. Sampel
adalah sejumlah individu yang di ambil dari kelompok populasi (sebagian dari
populasi), Pohan,R (2007:48). Pada penelitian ini pengambilan sampel secara Random Sampling. Random sampling adalah
pengambilan sampel secara acak.
Tabel 2, Keadaan sampel siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam.
NO
|
NAMA
|
NIS
|
KELAS
|
JENIS
KELAMIN
|
1
|
An
|
001
|
X1
|
L
|
2
|
Bs
|
002
|
X1
|
L
|
3
|
Ca
|
003
|
X1
|
P
|
4
|
Do
|
004
|
X1
|
P
|
5
|
E
|
005
|
X1
|
L
|
6
|
F
|
006
|
X1
|
L
|
7
|
G
|
007
|
X1
|
P
|
8
|
H
|
008
|
X1
|
L
|
9
|
I
|
009
|
X2
|
L
|
10
|
J
|
010
|
X2
|
L
|
11
|
K
|
011
|
X2
|
P
|
12
|
L
|
012
|
X2
|
P
|
13
|
M
|
013
|
X2
|
P
|
14
|
Ni
|
014
|
X2
|
L
|
15
|
Om
|
015
|
X2
|
L
|
16
|
Pu
|
016
|
X2
|
L
|
17
|
Q
|
017
|
X2
|
P
|
18
|
R
|
018
|
X2
|
P
|
19
|
S
|
019
|
X3
|
L
|
20
|
Ti
|
020
|
X3
|
L
|
21
|
Ut
|
021
|
X3
|
P
|
22
|
V
|
022
|
X3
|
L
|
23
|
W
|
023
|
X3
|
L
|
24
|
X
|
024
|
X3
|
P
|
25
|
Y
|
025
|
X3
|
L
|
26
|
Z
|
026
|
X3
|
P
|
27
|
Aab
|
027
|
X3
|
L
|
28
|
Abc
|
028
|
X3
|
P
|
29
|
Acd
|
029
|
X3
|
P
|
9.4 Teknik Pengumpulan Data
9.4.1 Pengukuran Tinggi
Badan
Testi
berdiri di depan pita atau alat ukur yang telah ditempat kan pada dinding yang
datar. Testi berdiri membelakangi alat ukur, dan berdiri tegak, dagu ditahan. Tester
meletakkan alat bantu di atas kepala testi, dan menulis angka yang tertera
dalamukuran cm.
9.4.2 Pengukuran Power
Otot Tungkai
9.4.2.1 Prosedur
pelaksanaan :
Tes yang digunakan adalah Vertical Jump Test (Tes
Lompat Vertikal). Tata pelaksanaan tes adalah sebagai berikut:
-
Peserta tes harus berdiri bersampingan dengan dinding, mata kaki
berdekatan.
-
Tangan peserta ditaburkan kapur atau memegang sebatang kapur berukuran 1
inchi menggunakan tangan yang berdekatan dengan dinding.
-
Kemudian testi melompat sekuat dan secepat mungkin seraya tangan meraih
ke atas untuk menggariskan sebuah tanda di dinding.
-
Kemudian testi melompat sekali lagi dan kembali menarik garis sebagai
tanda.
9.4.3 Pengukuran Kemampuan
Lompat Tinggi
Pelaksanaan tes kemampuan lompat
tinggi dilakukan dengan melakukan tes lompatan pada mistar untuk mengetahui
hasil lompatan tertinggi dari masing-masing sampel.
9.5 Teknik Pengolahan Data
9.5.1 Menghitung
Nilai Rata-Rata (Mean)
Menentukan nilai rata-rata, penulis menggunakan
formula rata-rata yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:49) yaitu sebagai
berikut :
Keterangan : Me
= Mean (rata-rata)
∑ = Epsilon (baca jumlah)
= Nilai × ke I sampai ke n
n = Jumlah individu
9.5.2 Menghitung
Standar Deviasi (SD)
Keterangan : S
= simpangan baku sampel
=
jumlah skor X
= nilai rata-rata
n = jumlah sampel
9.5.3 Penghitungan
Nilai Korelasi
Besarnya konstribusi satu variable X dengan
variable Y dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi prodeuct moment
yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:228) sebagai berikut :
Keterangan : r = Korelasi
xy
= Jumlah product x dan y
9.5. 4 Perhitungan
Korelasi Ganda
Besarnya konstribusi dua variable X
dengan variable Y, dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi ganda yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2010:233) sebagai berikut :
Keterangan :
= Korelasi antara variable dengan secara bersama-sama dengan variable Y
= Korelasi product
moment antara dengan Y
= Korelasi product
moment antara X2 dengan Y
= Korelasi product
moment antara X1 dengan X2
9.5.6 Pengujian Signifikansi terhadap
Koefisien Korelasi Ganda
Pengujian
signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda menggunakan rumus statistik F
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiono (2010:235) yaitu :
Keterangan
: R = Koefisien korelasi
ganda
k = Jumlah
variable independent
n = Jumlah
anggota sample
10. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada
tanggal..................... yang bertempat di SMP
N 1 Baitussalam.
DAFTAR PUSTAKA
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam
Coaching. C. V. Tambak Kusuma : Jakarta
Harsono, dkk. 1992. Manusia dan Olahraga. ITB dan
FPOK/IKIP : Bandung
Mutohir,T.C dan Maksum.A. 2007. Sport Development Indexs.
Cetakan I. PT Indeks : Jakarta
Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi
Fisik dalam Olahraga. Cetakan. Dahara Prize : Semarang
Sugiyono. 2010. Statistik Untuk Penelitian. Cetakan
ke-17. Alfabeta : Jakarta
Suherman,A dkk. 2001. Atletik Pendekatan Permainan dan
Kompetisi.
11. Instrument penelitian
11.1 Formulir Tes
FORMULIR
TES
TINGGI BADAN, POWER OTOT TUNGKAI DAN KETERAMPILAN LOMPAT TINGGI
A. IDENTITAS PESERTA
1. NAMA :
2.
NIM :
3.
TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR :
4.
JENIS KELAMIN :
5.
ANGKATAN/LETING :
6.
PROGRAM STUDI :
7.
BERAT BADAN :
8.
TINGGI BADAN :
9.
ALAMAT SEKARANG :
10. NO.
HP :
A. TES TINGGI BADAN, POWER OTOT TUNGKAI DAN
KETERAMPILAN LOMPAT TINGGI (Diisi Oleh Panitia Tes)
NO
|
BENTUK
TES
|
RAW
SCORE
|
PARAF PANITIA
|
1
2
3
|
Tinggi
Badan
Loncat
Tegak (Vertical Jump)
-
Raihan
-
Lompatan
-
Hasil
Keterampilan
Lompat Tinggi
|
…………………
(Cm)
…………………
(Cm)
…………………
(Cm)
…………………
(Cm)
…………………
(Meter)
|
…………………….
…………………….
…………………….
|
Banda
Aceh, 03 Agustus 2013
Paniti Tes
( )
KONTRIBUSI
TINGGI BADAN DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP
KEMAMPUAN LOMPAT TINGGI PADA SISWA SMP 1 BAITUSSALAM TAHUN AJARAN 2013/2014
Oleh
Soni Mulkami
1006104020062
DEPRTEMEN PENDIDIKAN
& KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2013
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal Skripsi ”Kontribusi
Tinggi Badan dan Pwer Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Tinggi pada Siswa Kelas VIII SMP N
1 Baitussalam Tahun Ajaran 2013/2014”. Oleh: Soni Mulkami, Nim:1006104020062,
Telah di seminarkan pada .........., dan disetujui untuk mendapatkan
bimbingan lanjutan serta melaksanakan penelitian.
Menyetujui
Pembimbing
I,
Drs. Abdurrahman,
M. Kes
Nip.196803051993031005
Darussalam, 1 Agustus
2013
Ketua Program Studi
Drs. Abdurrahman, M. Kes
Nip.196803051993031005
1. Judul : Kontribusi Tinggi Badan Dan Power Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Lompat Tinggi Pada Siswa Kelas VIII SMP 1 Baitussalam Tahun Ajaran 2013/2014.
2. Latar Belakang Masalah
Perkembangan
olahraga dewasa ini, dipercaya sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia secara sempurna. Peningkatan
kualitas hidup tersebut menjadi hal penting yang dapat memperkokoh suatu
pembangunan bangsa. Dengan adanya kesadaran warga Negara Indonesia dalam
penyempurnaan olahraga akan membantu perkembangan olahraga secara menyeluruh.
Kesadaran yang besar dapat dilihat pada partisipasi masyarakat terhadap
olahraga, minat masyarakat untuk ikut serta dan memberi dukungan yang besar
terhadap pelaksanaan olahraga. Hal tersebut bertujuan untuk kualitas hidup
manusia yang berujung pada harkat dan martabat kemanusiaan itu sendiri. Dikenalnya
olahraga sebagai aktivitas fisik yang bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran
dan kesehatan, menjadikan bangsa Indonesia menuju peradaban yang lebih baik
disegala bidang. Manfaat berolahraga sebenarnya sudah semakin disadari oleh
sebagian masyarakat. Terbukti dengan semakin banyaknya masyarakat yang
melakukan kegiatan olahraga, baik sendiri-sendiri maupun berkelompok dan di
tempat terbuka maupun di ruang tertutup. Sesuai Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2005 Pasal 4 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, berbunyi : “Keolahragaan
nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran,
prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia,
sportifitas, displin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,
memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat martabat, dan
kehormatan bangsa”.
Uraian diatas
menjelaskan bahwa olahraga dapat dikembangkan untuk membangun kualitas negeri
yang menguntungkan di segala bidang. Bukan hanya untuk menghasilkan predikat
terbaik dalam partisipasi masyarakat untuk menghasilkan prestasi, tetapi dapat
di kembangkan secara luas bahwa olahraga bisa beradaptasi di semua bidang.
Biasanya masyarakat ikut berpartisipasi dalam kemajuan olahraga dan mengikuti
kegiatan olahraga karena dorongan dari diri sendiri yang dapat menumbuhkan
kemauan dan minat untuk ikut serta dalam kegiatan olahraga. Keikut sertaan yang
dilakukan masyarakat bukan semata-semat untuk menyemarakan saja, melainkan
boleh ikut serta menjadi pelaku olahraga dan memilih serta mendapat bimbingan
dari cabang olahraga yang di sukai. Banyak cabang pembinaan yang terdapat dalam
olahraga yang bisa menjadi pilihan sesuai bakat dan minat terhadap cabang
olahraga tersebut, salah satu cabang olahrga yang banyak di minati olah
kalangan masyarakat dalam kegiatan olahraga adalah cabang atletik.
Cabang atletik
adalah cabang olahraga yang berperan sebagai gerak dasar dan biasa dikenal
sebagai induk dari cabang olahraga lain. Atletik mengandung semua unsur-unsur
aktif yang dapat dijumpai pada cabang olahraga lain. Unsur-unsur aktif tersebut
mencakup jalan, lari, lompat dan lempar yang telah di kenal sejak masa nenek
moyang terdahulu. Dari sejak dulu semua aktifitas yang dilakukan olah manusia
tidak luput dari gerak dasar dalam atletik, karena manusia pada saat itu
melakukan gerak dengan berjalan, lari, lompat dan lempar untuk mempertahankan
hidup. Kebiasaan itulah yang membuat perkembangan manusia menjadi lebih baik.
Menurut Suherman, A. dkk. (2001:3) yakni :
“Sejarah
dunia mencatat bahwa atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang memiliki
nilai-nilai yang unik, telah dan melahirkan manusia yang untuk bertahan hidup
hingga menjadi manusia yang kaya raya. Atletik yang hanya terdiri jalan, lari,
lompat dan lempar boleh dikatakan cabang olahraga tertua sama tuanya dengan
usia manusia pertama di dunia. Hal ini sangat dipahami karena manusia saat itu
harus berjalan, lari, lompat dan lempar untuk mempertahankan hidupnya.
Mempertahankan
hidup yang dilakukan oleh nenek moyang terdahulu, menjadi suatu contoh untuk
membangun bangsa menuju era teknologi modern. Oleh sebab itu, atletik sekarang
sudah dikenal sebagai primadona masyarakat untuk berolahraga. Pembangunan
cabang atletik terus dikembangkan sehingga semakin pesat dan menjadikan daya
pikat tersendiri bagi masyarakat untuk berantusias terhadap hal positif di
dalam semua unsur gerak atletik. Pada masa terdahulu, berjalan, lari, lompat
dan lempar masih sangat sederhana bahkan fasilitas dan alat-alat yang di
pergunakanpun masih sederhana. Keadaan ini lah yang membuat pemikiran manusia
di masa modern untuk meningkatkan hal tersebut dengan memanfaatkan ilmu dan
teknologi. Berjalan, lari, lompat dan lempar sudah berkembang menjadi
nomor-nomor bergengsi di dalam atletik modern. Nomor-nomor tersebut memiliki
bagian terkecil yang tergolong di setiap komponen untuk di jadikan nomor-nomor
dalam perlombaan yang spektakuler. Hal ini yang mendorong masyarakat untuk
menyalurkan bakat atau minat terhadap kegiatan olahraga dan ikut membina salah
satu nomor di dalam atletik. Nomor-nomor atletik lari mempunyai bagian seperti
: lari sprint, estafet dan gawang. Sedangkan lompat seperti : lompat tinggi,
lompat jauh, lompat jangkit dan lompat galah. Dan yang terakhir lempar seperti
: lempar lembing, tolak peluru, lempar cakram, dan lontar martil. Inilah yang
berkembang menjadi nomo-nomor pilihan dari cabang atletik yang dapat
menghasilkan prestasi.
Lompat tinggi
merupakan salah satu nomor yang terdapat di dalam olahraga atletik nomor
lompat. Sesuai namanya lompat tinggi bertujuan untuk melompat setinggi mungkin
agar dapat melewati mistar secara sempurna. Ada beberapa bentuk gaya pada
lompat tinggi, yaitu: gaya guting, (eastern cut off), gaya guling (western),
gaya putar (straddle) dan gaya terlentang (flop), tetapi hanya dua gaya yang
sama efisiennya dan sering digunakan yaitu gaya straddle dan flop Ketinggian
mistar dimulai dengan ketinggian minimum sampai ketinggian maksimum yang harus
di lakukan oleh atlet lompat tinggi di perlombaan. Pada saat melakukan lompatan
maka pelompat harus menggunakan tumpuan dengan satu kaki yang di anggap kuat.
Diberikan tiga kali kesempatan lompatan pada setiap pelompat dan lompatan
dianggap gagal apabila pelompat tidak bisa melewati mistar tiga kali
berturut-turut serta pelompat dinyatakan diskualivikasi dalam perlombaan.
Kegagalan pelompat itu apabila pelompat menyentuh mistar sehingga mistar
terjatuh, bertumpuan dengan dua kaki dan melewati dasar tumpuan dengan salah
satu bagian tubuh tanpa berhasil melewati mistar. Menurut Jasver, J (1986:68)
mengemukakan bahwa “tujuan melompat adalah untuk meningkatkan komponen vertical
sampai tingkat maksimum dan gerak yang umum dilakukan adalah straddle (gerak
seperti mengangkang) atau flop (terjun jatuh bebas)”. Lebih lanjut Jasver, J
(1986:26) mengemukakan bahwa “pada nomor lompat tinggi pengukuran tinggi mistar
harus diukur mulai dari dasar sampai ke bagian terendah dari sisi atas mistar
tersebut”.
Pemahaman
terhadap lompat tinggi yang tidak luput dari ketinggian mistar yang harus
diperoleh pelompat tidak jauh dari aturan-aturan pertandingan yang sesuai ciri
khas dalam lompat tinggi. Lompat tinggi tidak dilakukan secara sembarangan
tetapi membutuhkan cara agar bisa menguntungkan pelompat sehingga dapat
dijadikan acuan keberhasilan pelompat itu sendiri. Cara tersebut berupa
beberapa komponen harus dikembangkan sebaik mungkin agar dapat menjadi dukungan
dalam perlombaan yang membutuhkan kerja keras altet dan harus dibina serta
dilatih kemampuan atlet tersebut supaya bisa berprestasi.
Komponen
keberhasilkan lompatan yang baik diperlukan kondisi fisik yang stabil
diantaranya daya tahan, kekuatan, power (daya ledak), keseimbangan, kecepatan,
flexibility, ketepatan, kelincahan dan koordinasi menjadi patokan suatu
keberhasilan. Pada lompat tinggi keberhasilan tersebut mengarah pada kemampuan
atlet dalam pencapaian kualitas otot yang sangat berperan penting di dalam
suatu cabang olahraga, karena aktivitas olahraga lebih dominan menggunakan
otot-otot tubuh. Komponen tersebut harus menjadi perhatian khusus dalam pencapaian
prestasi. Menurut Seaton (1960:51) bahwa: “Komponen yang diperlukan kesegaran
jasmani, keterampilan, pengetahuan, social dan keindahan. Kesegaran jasmani
sendiri menyangkut pada kesegaran fisik yang meliputi proporsi tubuh, hubungan
antara tulang, lemak otot, tinggi, berat dan lain-lain. Kesegaran motor
berhubungan dengan kekuatan, tenaga, kelincahan, daya tahan, keseimbangan dan
kelentukan”.
Semua komponen
yang mendukung keberhasilan cabang olahraga khususnya atletik nomor lompat
tinggi saling mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, bertujuan
untuk perkembangan prestasi. Komponen tersebut harus benar-benar dilatih dan
mendapat pembinaan khusus dari pelaku, pelatih dan anggota yang berperan dalam
olahraga. Teknik juga merupakan komponen keberhasilan pada cabang olahraga yang
perlu dilatih. Khususnya atletik nomor lompat tinggi teknik yang berupa awalan,
tumpuan dan melayang di udara juga suatu patokan yang harus dikembangkan,
karena lompat tinggi memerlukan teknik-teknik tersebut untuk memperkuat
kemampuan.
Faktor penentu
keberhasilan secara khusus pada nomor lompat tinggi ada pada kondisi fisik yang
maksimal, agar menjadi buah usaha yang dilakukan bersama serta kerja keras
atlet dalam perlombaan. Postur tubuh yaitu tinggi badan merupakan faktor
penting yang perlu dikembangkan dan power otot tungkai juga menjadi salah satu
faktor yang diperlukan pada lompat tinggi. Tinggi badan merupakan faktor
keberhasilan yang bisa menguntungkan pelompat, dikarenakan dengan semakin
tinggi badan seorang pelompat bisa mempermudah lompatan sehingga memperkecil
pengeluaran tenaga yang berlebihan dan power otot tungkai sebagai tumpuan atau
tolakan pun diuntungkan karena tidak melakukan upaya yang melelahkan. Sedangkan
power otot tungkai merupakan perpaduan antara kekuatan dan kecepatan daya otot
untuk melakukan gerak dalam waktu relatif cepat. Menurut para ahli khususnya
mengenai faktor daya ledak otot merupakan faktor yang sangat penting dalam
cabang olahraga yang sering menggunakan tungkai sebagai indikator dalam
peningkatan kemampuan agar tercapai sasaran yang diinginkan. Sajoto (1988:17)
menyatakan bahwa “kekuatan dan kecepatan merupakan satu kesatuan yang dinamakan
power yang merupakan ketepatan otot untuk mengerahkan atau mengeluarkan
kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat”.
Hal diatas
menjelaskan bahwa suatu aktivitas yang menggunakan daya ledak di butuhkan
latihan yang sesuai dengan bentuk cabang olahraga maupun nomor yang terdapat
didalam olahraga. Tidak di pungkiri bahwa lompat tinggi merupakan nomor lompat
dalam olahraga yang menggunakan tinggi badan sebagai acuan dan daya ledak otot
tungkai untuk hasil pencapaian lompatan secara maksimal. Maka seorang atlet
sebaiknya diberi binaan dalam latihan yang benar sesuai dengan kebutuhan yang
dapat menunjang prestasi yang cemerlang dan bisa di banggakan serta menunjukan
prestasi optimal terbaik yang membantu pembangunan Indonesia maju, bugar dengan
olahraga.
Sekolah memiliki
banyak siswa yang bisa dilatih dan dibina agar menghasilkan calon atlet berprestasi.
Itulah menjadi sebab mudahnya pencarian bibit unggul penerus bangsa yang dapat
mengharumkan nama bangsa di bidang olahraga. Bagi siswa kelas II SMP Negeri 1
Baitussalam, khususnya nomor lompat tinggi merupakan bagian dari mata pelajaran
penjasorkes yang diajarkan. Dengan demikian nomor lompat tinggi sangat penting
dipelajari untuk pendidikan jasmani dan kesehatan.
Berdasarkan uaraian dan permasalahan di atas,
penulis berkeinginan mengadakan penelitian yang berjudul : “Kontribusi Tinggi
Badan dan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Tinggi pada Siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Baitussalam Tahun Ajaran 2013/2014”
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang
merupakan pokok masalah dalam penelitian ini adalah :
3.1 Apakah
terdapat hubungan tinggi badan terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa
kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam?
3.2 Apakah
terdapat hubungan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada
siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam?
3.3 Apakah
terdapat hubungan tinggi badan dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat
tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam?
4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
4.1 Hubungan
tinggi badan terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas2 SMP Negeri 1 Baitussalam
4.2 Hubungan
power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas2 SMP
Negeri 1 Baitussalam
4.3 Hubungan
tinggi badan dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi pada siswa
kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam
5. Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat penelitian ini yang dilihat dari permasalahan di atas adalah :
5.1 Pentingnya
mengingat pembinaan dan pembangunan olahraga melalui jalur sekolah yang
dilakukan sejak dini, karena sekolah merupakan gudang atlet yang berpotensi.
5.2 Dapat
dijadikan masukan bagi pelatih dalam memilih atau membina atlet lompat tinggi
5.3 Dapat
dijadikan masukan bagi guru penjasorkes dalam mencari bibit-bibit atlet
potensial diruang lingkup sekolah
5.4 Bagi
peneliti bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya pada cabang atletik
nomor lompat tinggi dan juga
5.5 Dapat
dijadikan bahas bacaan bagi mahasiswa dan semua pihak untuk meningkatkan
prestasi lompat tinggi dimasa yang akan datang
6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian
diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
6.1 Terdapat
hubungan yang signifikan antara tinggi badan terhadap kemampuan lompat tinggi
pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam.
6.2 Terdapat
hubungan yang signifikan antara power otot tungkai terhadap kemampuan lompat
tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam
6.3 Terdapat
hubungan yang signifikan antara tinggi badan dan power otot tungkai terhadap
kemampuan lompat tinggi pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam
7. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi penafsiran yang salah serta
menghindari penyimpangan yang mungkin terjadi pada permasalahan yang digunakan,
maka penulis memberikan penegasan istilah yang meliputi :
7.1 Power
(daya ledak) adalah gabungan kekuatan dan kecepatan yang merupakan salah satu
aspek kondisi fisik yang sangat penting dalam pencapaian prestasi yang optimal.
Menurut mutohir, T. C dan Maksum, A (2007:55) power (daya ledak) adalah
kemampuan untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan cepat dengan
mengerahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat.
7.2 Kemampuan
lompat tinggi adalah melakukan lompatan setinggi mungkin agar bisa melewati
mistar tanpa ada kegagalan untuk ketinggian selanjutnya. Maka dari itu
kemampuan lompatan menjadi tolak ukur yang sangat penting dalam menentukan
hasil prestasi seorang atlet.
8. Landasan Teoritis
8.1 Pengertian Lompat Tinggi
Lompat tinggi
merupakan suatu keterampilan untuk melewati mistar yang berada diantara dua
tiang. Lompat tinggi salah satu dari olahraga atletik nomor lompat, sesuai
dengan namanya lompat tinggi mempunyai tujuan untuk melompat setinggi mungkin
memproyeksikan gaya berat badan di udara dengan kecepatan gerak ke depan secara
maksimal. Ketinggian lompatan tergantung pada kemampuan pelompat dari gerakan
awalan yaitu lari menjadi gerakan bersudut saat melakukan tumpuan dengan
merubah gerakan ke depan menjadi gerakan ke atas. Menurut Suherman, A. dkk
(2001:42) “lompat tinggi merupakan satu jenis keterampilan untuk melewati
mistar yang diantara kedua tiang”.
Jasver, J
(1986:68) mengemukakan bahwa “tujuan melompat adalah untuk meningkatkan
komponen vertical sampai tingkat maksimum dan gerak yang umum dilakukan adalah
straddle (gerak seperti mengangkang) atau flop (terjun jatuh bebas)”. Lebih
lanjut Jasver, J (1986:26) mengemukakan bahwa “pada nomor lompat tinggi
pengukuran tinggi mistar diukur dari dasar sampai ke bagian terendah dari sisi
mistar tersebut”.
Penjelasan diatas merupakan pemahaman terhadap
lompat tinggi yang tidak luput dari ketinggian mistar yang harus diperoleh
pelompat. Sehingga penjelasan lompat tinggi dapat menunjukkan arah bahwa
seorang pelompat tinggi akan berhadapan dengan ketinggian yang membutuhkan
kekuatan ataupun kemampuan dari dirinya sendiri. Maka dari itu pelompat harus
memperkuat kemampuan yang dapat membantu kemampuan lompatan tersebut dengan
latihan yang baik dan aturan latihan yang benar.
8.2 Pengertian Power Otot Tungkai
Power otot
tungkai merupakan gabungan antara kekuatan dan kecepatan daya ledak otot untuk
melakukan gerak dalam jangka waktu relative cepat. Daya ledak otot sangat
penting dalam cabang yang sering mempergunakan tungkai sebagai patokan dalam
peningkatan kemampuan agar tercapai tujuan yang diinginkan. Kekuatan dan
kecepatan merupakan faktor dari power yang merupakan ketepatan otot untuk
mengerahkan dan mengeluarkan kekuatan maksimal dalam waktu singkat. Sajoto
(1995:11) menyatakan “daya otot (muscular power) merupakan kemampuan seseorang
untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang
sependek-pendeknya”.
Hal ini
menjelaskan bahwa suatu aktivitas yang menggunakan daya ledak dibutuhkan
latihan yang sesuai dengan bentuk cabang olahraga maupun nomor yang terdapat
didalam olahraga. Keberhasilan power otot tungkai yang merupakan komponene
penting dalam lompat tinggi menjadi suatu perhatian yang dapat membantu
peningkatan kemampuan lompatan secara sempurna.
8.3 Sejarah atletik
Atletik
merupakan salah satu cabang dari olahraga yang paling dasar. Atletik mempunyai
gerak dasar dan biasa dikenal sebagai induk dari cabang olahraga lain. Istilah
atletik dari bahasa Yunani, yaitu “Athlon” yang mempunyai makna bertanding dan
berlomba. Istilah atletik yang digunakan di Indonesia pada saat ini diambil
dari bahasa inggris yaitu Athletic yang merupakan cabang olahraga yang meliputi
jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik sudah sejak masa nenek moyang
terdahulu. Bentuk kegiatan yang ada dalam atletik sangatlah beragam, sehingga
atletik bisa dijadikan salah satu alat pembinaan bagi cabang olahraga lain.
Menurut Suherman, A. dkk (2001:3) yakni :
“Sejarah
dunia mencatat bahwa atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang memiliki
nilai-nilai yang unik, telah dan melahirkan manusia yang untuk bertahan hidup
hingga menjadi manusia yang kaya raya. Atletik yang hanya terdiri jalan, lari,
lompat dan lempar boleh dikatakan cabang olahraga tertua sama tuanya dengan
usia manusia pertama di dunia. Hal ini sangat dipahami karena manusia saat itu
harus berjalan, lari, lompat dan lempar untuk mempertahankan hidupnya.
Mempertahankan hidup yang dilakukan oleh nenek
moyang terdahulu, menjadi suatu contoh untuk mebangun bangsa menuju era
teknologi modern. Atletik kaya akan sejarah yang membentuk karakter manusia
sehingga dapat bertahan hingga sekarang. Perjalanan atletik memiliki makna
tersendiri di dunia dan mempunyai perjalanan terpanjang di dunia, sehingga
dapat dijadikan manfaat tersendiri bagi sumber daya manusia (SDM).
8.4 Teknik-Teknik Dasar Cabang Olahraga Atletik Nomor Lompat Tinggi
8.4.1 Awalan
Melakukan awalan pada lompat tinggi bertujuan untuk
membangkitkan daya gerak, dari gerak mendarat/horizontal kea rah vertical.
Dalam melakukan lompat tinggi, yang harus diperhatikan oleh si pelompat adalah
tiga langkah terakhir yaitu langkah harus panjang dan cepat, sedangkan badan
agak condong ke belakang. Ada beberapa karakteristik untuk mempermudah
pengambilan awalan pada lompat tinggi.
8.4.2 Tolakan atau Tumpuan
Tolakan adalah
perpindahan gerak dari kecepatan horizontal kea rah vertical yang harus
dilakukan dengan cepat dan tepat. Pada waktu akan melakukan tumpuan, si
pelompat pada tiga dan lima langkah terakhir harus sudah mempersiapkan kakinya
untuk melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya, sehingga dapat mengangkat tubuhnya
melayang ke atas. Tolakan dimulai dari tumit, terus ke telapak kaki, dan
terakhir pada ujung jari kaki yang dilakukan secara cepat dan tepat. Pada saat
titik berat badan berada pada kaki tolakan, secepat mungkin pergelangan kaki
belakang (kaki ayunan). Kaki ayun dengan lutut agak dibengkokan, bersiap-siap
untuk berayun kedepan, ke atas di teruskan ke belakang atas untuk membawa
persendian bahu ke atas, hingga seluruh tubuh akan terangkat melayang untuk
melewati mistar.
8.4.3 Sikap Badan di atas Mistar
(Sikap Melayang)
Sikap badan di
atas mistar berhubungan dengan sudut awalan pada waktu akan melakukan
lompatan/tolakan. Jadi sikap badan di atas mistar dibentuk mulai dari saat
lepasnya kaki tolakan sampai melayang di atas mistar. Dengan demikian gaya
dalam lompat tinggi bisa dibedakan gayanya ketika si pelompat berada di atas
mistar.
8.5 Peranan Tinggi Badan dan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Tinggi
Peranan tinggi
badan terhadap lompat tinggi merupakan faktor penunjang biologis yang dapat
membantu keberhasilan suatu cabang atletik nomor lompat. Semakin tinggi badan
pelompat, semakin mudah jangkauan mistar yang di capai. Sehingga tidak
mempersulit si pelompat untuk melakukan kemampuan lompatannya tersebut. Sajoto
(1995:3) menyatakan “aspek biologis terdiri dari struktur dan postur tubuh,
lebar dan berat tubuh dan bentuk tubuh: endomorphy, mesomorphy dan ectomorphy.
Peranan power
otot tungkai terhadap kemampuan lompat tinggi merupakan salah satu unsure
penting yang harus di latih sebaik mungkin, lompat tinggi identik dengan
menggunakan tungkai. Oleh sebab itu peranan power otot tungkai di perlukan di
dalam lompat tinggi pada saat melakukan awalan serta tumpuan yang kuat oleh
tungkai menjadi faktor keberhasilan dalam lompat tinggi untuk melewati mistar.
Peranan tinggi
badan dan power otot tungkai merupakan kelompok penting yang saling terkait dan
saling membantu. Pada waktu awalan dan tumpuan tinggi badan dan power otot
tungkai bekerja sama untuk pencapaian hasil lompatan yang maksimal. Tumpuan
yang kuat menjadi faktor penentu lompatan melewati mistar.
9. Metode penelitian
9.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Jenis
penelitian deskriptif merupakan suatu jenis penelitian terhadap fakta-fakta
yang ada saat sekarang dan melaporkannya seperti apa yang akan terjadi. Pada
umumnya, tipe penelitian deskriptif berkaitan dengan opini atau pendapat umum,
peristiwa prosedur atau proses (Pohan, R. 2007:6).
9.2 Rancangan Penelitian (Desain Penelitian)
Rancangan
penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam
rancangan penelitian yang dimulai dengan mengadakan observasi pada populasi
serta evaluasi dari populasi hingga terbentuk sampel. Rancangan pelaksanaan
penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memiliki
pengukuran variable, prosedur dan teknik sampling, instrument, pengumpulan
data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian. Rancangan
penelitian dibuat agar mempermudah pelaksanaan pengukuran yang dilaksanakan.
9.3 Populasi dan Sampel Penelitian
9.3.1 Populasi
Populasi adalah
seluruh individu yang ditetapkan manjadi sumber data. Populasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah keadaan siswa kelas 2 pada SMP Negeri 1 Baitussalam.
Peneliti mengambil sebagian dari populasi sebagai sampel karena populasi
berjumlah besar, sehingga peneliti menetapkan 25% dari populasi menjadi sampel
kecil yang berjumlah kurang dari 30 orang. Menurut Arikunto, S. (2002:112)
“jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau
lebih”.
Tabel 1, Keadaan populasi siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam.
No
|
Kelas
|
Jenis kelamin
|
Jumlah
|
Ket
(25%)
|
|
Pa (org)
|
Pi (org)
|
||||
1.
|
X1
|
22
|
10
|
32
|
8
|
2.
|
X2
|
25
|
15
|
40
|
10
|
3.
|
X3
|
28
|
14
|
42
|
11
|
|
Jumlah
|
75
|
39
|
114
|
29
|
9.3.2 Sampel
Sampel
merupakan subjek dari pada populasi atau bagian terkecil dari populasi. Sampel
adalah sejumlah individu yang di ambil dari kelompok populasi (sebagian dari
populasi), Pohan,R (2007:48). Pada penelitian ini pengambilan sampel secara Random Sampling. Random sampling adalah
pengambilan sampel secara acak.
Tabel 2, Keadaan sampel siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Baitussalam.
NO
|
NAMA
|
NIS
|
KELAS
|
JENIS
KELAMIN
|
1
|
An
|
001
|
X1
|
L
|
2
|
Bs
|
002
|
X1
|
L
|
3
|
Ca
|
003
|
X1
|
P
|
4
|
Do
|
004
|
X1
|
P
|
5
|
E
|
005
|
X1
|
L
|
6
|
F
|
006
|
X1
|
L
|
7
|
G
|
007
|
X1
|
P
|
8
|
H
|
008
|
X1
|
L
|
9
|
I
|
009
|
X2
|
L
|
10
|
J
|
010
|
X2
|
L
|
11
|
K
|
011
|
X2
|
P
|
12
|
L
|
012
|
X2
|
P
|
13
|
M
|
013
|
X2
|
P
|
14
|
Ni
|
014
|
X2
|
L
|
15
|
Om
|
015
|
X2
|
L
|
16
|
Pu
|
016
|
X2
|
L
|
17
|
Q
|
017
|
X2
|
P
|
18
|
R
|
018
|
X2
|
P
|
19
|
S
|
019
|
X3
|
L
|
20
|
Ti
|
020
|
X3
|
L
|
21
|
Ut
|
021
|
X3
|
P
|
22
|
V
|
022
|
X3
|
L
|
23
|
W
|
023
|
X3
|
L
|
24
|
X
|
024
|
X3
|
P
|
25
|
Y
|
025
|
X3
|
L
|
26
|
Z
|
026
|
X3
|
P
|
27
|
Aab
|
027
|
X3
|
L
|
28
|
Abc
|
028
|
X3
|
P
|
29
|
Acd
|
029
|
X3
|
P
|
9.4 Teknik Pengumpulan Data
9.4.1 Pengukuran Tinggi
Badan
Testi
berdiri di depan pita atau alat ukur yang telah ditempat kan pada dinding yang
datar. Testi berdiri membelakangi alat ukur, dan berdiri tegak, dagu ditahan. Tester
meletakkan alat bantu di atas kepala testi, dan menulis angka yang tertera
dalamukuran cm.
9.4.2 Pengukuran Power
Otot Tungkai
9.4.2.1 Prosedur
pelaksanaan :
Tes yang digunakan adalah Vertical Jump Test (Tes
Lompat Vertikal). Tata pelaksanaan tes adalah sebagai berikut:
-
Peserta tes harus berdiri bersampingan dengan dinding, mata kaki
berdekatan.
-
Tangan peserta ditaburkan kapur atau memegang sebatang kapur berukuran 1
inchi menggunakan tangan yang berdekatan dengan dinding.
-
Kemudian testi melompat sekuat dan secepat mungkin seraya tangan meraih
ke atas untuk menggariskan sebuah tanda di dinding.
-
Kemudian testi melompat sekali lagi dan kembali menarik garis sebagai
tanda.
9.4.3 Pengukuran Kemampuan
Lompat Tinggi
Pelaksanaan tes kemampuan lompat
tinggi dilakukan dengan melakukan tes lompatan pada mistar untuk mengetahui
hasil lompatan tertinggi dari masing-masing sampel.
9.5 Teknik Pengolahan Data
9.5.1 Menghitung
Nilai Rata-Rata (Mean)
Menentukan nilai rata-rata, penulis menggunakan
formula rata-rata yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:49) yaitu sebagai
berikut :
Keterangan : Me
= Mean (rata-rata)
∑ = Epsilon (baca jumlah)
= Nilai × ke I sampai ke n
n = Jumlah individu
9.5.2 Menghitung
Standar Deviasi (SD)
Keterangan : S
= simpangan baku sampel
=
jumlah skor X
= nilai rata-rata
n = jumlah sampel
9.5.3 Penghitungan
Nilai Korelasi
Besarnya konstribusi satu variable X dengan
variable Y dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi prodeuct moment
yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:228) sebagai berikut :
Keterangan : r = Korelasi
xy
= Jumlah product x dan y
9.5. 4 Perhitungan
Korelasi Ganda
Besarnya konstribusi dua variable X
dengan variable Y, dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi ganda yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2010:233) sebagai berikut :
Keterangan :
= Korelasi antara variable dengan secara bersama-sama dengan variable Y
= Korelasi product
moment antara dengan Y
= Korelasi product
moment antara X2 dengan Y
= Korelasi product
moment antara X1 dengan X2
9.5.6 Pengujian Signifikansi terhadap
Koefisien Korelasi Ganda
Pengujian
signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda menggunakan rumus statistik F
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiono (2010:235) yaitu :
Keterangan
: R = Koefisien korelasi
ganda
k = Jumlah
variable independent
n = Jumlah
anggota sample
10. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada
tanggal..................... yang bertempat di SMP
N 1 Baitussalam.
DAFTAR PUSTAKA
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam
Coaching. C. V. Tambak Kusuma : Jakarta
Harsono, dkk. 1992. Manusia dan Olahraga. ITB dan
FPOK/IKIP : Bandung
Mutohir,T.C dan Maksum.A. 2007. Sport Development Indexs.
Cetakan I. PT Indeks : Jakarta
Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi
Fisik dalam Olahraga. Cetakan. Dahara Prize : Semarang
Sugiyono. 2010. Statistik Untuk Penelitian. Cetakan
ke-17. Alfabeta : Jakarta
Suherman,A dkk. 2001. Atletik Pendekatan Permainan dan
Kompetisi.
11. Instrument penelitian
11.1 Formulir Tes
FORMULIR
TES
TINGGI BADAN, POWER OTOT TUNGKAI DAN KETERAMPILAN LOMPAT TINGGI
A. IDENTITAS PESERTA
1. NAMA :
2.
NIM :
3.
TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR :
4.
JENIS KELAMIN :
5.
ANGKATAN/LETING :
6.
PROGRAM STUDI :
7.
BERAT BADAN :
8.
TINGGI BADAN :
9.
ALAMAT SEKARANG :
10. NO.
HP :
A. TES TINGGI BADAN, POWER OTOT TUNGKAI DAN
KETERAMPILAN LOMPAT TINGGI (Diisi Oleh Panitia Tes)
NO
|
BENTUK
TES
|
RAW
SCORE
|
PARAF PANITIA
|
1
2
3
|
Tinggi
Badan
Loncat
Tegak (Vertical Jump)
-
Raihan
-
Lompatan
-
Hasil
Keterampilan
Lompat Tinggi
|
…………………
(Cm)
…………………
(Cm)
…………………
(Cm)
…………………
(Cm)
…………………
(Meter)
|
…………………….
…………………….
…………………….
|
Banda
Aceh, 03 Agustus 2013
Paniti Tes
( )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar